4 months ago
7 mins read

Jazilul Fawaid: PKB di Dua Era

Wakil Ketua MPR RI dan Waketum PKB, Jazilul Fawaid. (Foto: Totalpolitik.com)

JAKARTA – Sebagai Wakil Ketum Umum PKB, Gus Jazil, mengaku Pemilu 2024 lalu memberikan nuansa positif bagi partainya. Dinamika politik yang dialami PKB berada dalam tone (nada) positif karena nama Ketua Umumnya, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, ada di kertas suara.

“Dibanding partai-partai yang lain, kita prestasi karena hanya ada dua ketua umum partai yang ada di kertas suara gitu (Prabowo-Cak Imin),” kata Gus Jazil.

“Di pilpres dan pileg kita memang punya target. Target paling tinggi 100 (kursi), target menengahnya 82, target minimumnya 72. Nah, 72 memang tidak terpenuhi, hanya dapat 68. Dari 58 kursi yang lalu (pileg 2014) kita naik menjadi 68 kursi. Bertambah 10 kursi,” lanjutnya.

Lantas apakah dengan begitu Cak Imin bisa disebut berhasil sebagai Ketum? Berhasil atau tidak berhasil, kata dia,  harus dibandingkan dengan partai-partai yang lain. “Yang paling berhasil, kalau boleh menilai, itu Gerindra. Ketua Umumnya menang pilpres, tapi pilegnya nggak terlalu bagus,” ujarnya.

PKB, lanjut Jazil, di pilpres masuk dan di pileg juga naik. “Artinya, memang kalau disebut Pak Muhaimin berhasil, ya sangat berhasil,” tegasnya.

Berikut lanjutan dialog dengan Jazilul Fawaid di ruang kerjanya di Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta.

Apa evaluasi Anda terhadap kinerja PKB pada pemilu lalu?

Alhamdulillah, PKB pada periode 2024 ini mengalami dinamika politik yang menurut saya positif. Pertama, pada periode 2024, nama Ketua Umum PKB masuk di kotak suara. Terus sebagai sejarah dalam membangun koalisi gitu kan, Pak Anies-Gus Muhaimin. Itu diharapkan oleh semua komponen agar Ketua Umum PKB ada di kertas suara.

Dibanding partai-partai yang lain, prestasi kita karena hanya ada dua ketua umum yang di kertas suara gitu. Nah, itu yang pilpres. Yang pileg, kita memang punya target. Target paling tinggi 100 (kursi), target menengahnya 82, target minimumnya 72. Nah, 72 memang tidak terpenuhi, hanya dapat 68. Dari 58 kursi yang lalu kita naik menjadi 68 kursi, bertambah 10 kursi.

Dan dapil-dapil yang selama tidak pecah telur, itu pecah telur. Misalkan Sumatera Barat dapat, DKI dapat, Sulawesi Tenggara dapat. Jadi, banyak dapil-dapil yang pecah telur. Jawa Barat kemarin itu ada tiga dapil yang belum ada kursi, (kini) semuanya full. Ini peningkatan luar biasa. Itu bagian dari kinerja teman-teman, termasuk juga di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Dulu kalau tidak salah, data itu menunjukkan suara PKB itu sebesar 1.500 (kursi) semua. Nah, sekarang ada 2.089. Ada kenaikan sekitar 400 lebih suara di tingkat bawah. Bahkan, ada daerah-daerah yang dulu PKB dapat satu, (kini) langsung jadi pemenang. Ada di Sumatera Barat contohnya, namanya Pesisir Selatan. Dulu satu kursi, (sekarang) langsung enam.

Di Banggai juga begitu, dulu satu kursi, kini dapat empat. Jadi pemenang. DPR RI NTB I yang tiga kursi, kita juga dapat. NTB kan ada dua kursi, NTB I dan NTB II. NTB I itu Bima, Kota Bima, Sumbawa, itu kita DPR RI kita nomor 1 suaranya.

Bagaimana dengan strategi dalam pilkada nanti?

Nah, pada tahap berikutnya itu pilkada ini. (Sudah) pileg, pilpres, (sekarang) pilkada yang serentak juga. Ini baru dilaksanakan, serentak ini baru periode ini untuk pilkada. Persiapannya tentu berbeda (antara) tidak serentak dengan serentak. Karena apa? Karena kita harus merekrut calon bupati, kepala daerah, gubernur. Dan ini secara serentak juga, kerja besar dan sekaligus.

Kalau dulu kan, ‘oh ini ada 10 kabupaten, ada 60 kabupaten.’ Kalau sekarang kan semua. Jadi, secara umum di 2024, untuk pileg dan pilpres, kami merasa kerja teman-teman, Ketua Umum PKB Muhaimin berhasil. Itu salah satunya. Indikatornya itu, (Cak Imin) sudah masuk kertas suara, suara kita nambah 10 kursi. Suara tingkat DPRD tingkat II hampir 436 lebih. Sekarang pada momen pilkada ini kita uji lagi kemampuan para kader, jejaring PKB untuk menang di pilkada.

Anda menilai kepemimpinan Cak Imin berhasil mempertahankan eksistensi PKB dan meningkatkan suara?

Ya, tentu. Kan pembandingnya gampang. Kalau kita sebut berhasil atau tidak berhasil harus dibandingkan dengan partai-partai yang lain. Yang paling berhasil, kalau boleh menilai, itu Gerindra. (Mereka) menang pilpres ketua umumnya, tapi pilegnya nggak terlalu bagus. Nah, PKB di pilpres kita masuk, pilegnya juga naik. Sama artinya, memang kalau disebut Pak Muhaimin berhasil, (ya) sangat berhasil.

Peringkatnya kira-kira, kalau ketua umum partai yang ada ya (tertinggi) Pak Prabowo sama Bang Muhaimin. Gitu, kalau kita mau membandingkan. Tapi kita tidak ingin membandingkan, karena ini menyangkut rumah tangga orang lain. Kalau di PKB, sepanjang sejarah kepemimpinan di PKB yang solid, kompak, dan juga berhasil menaikkan kursi, ya saat ini Pak Muhaimin gitu. Kan kita harus membandingkan, di internal begitu, di eksternal begitu. Kalau di internal, sepanjang perjalanan PKB, hari ini adalah tahun keemasan bagi PKB.

Dibandingkan dengan PKB pada era Gus Dur, bagaimana menurut Anda?

Nah, itu perbandingan internal. Makanya, kalau perbandingan eksternal dengan ketua umum-ketua umum partai. Jadi, menurut saya supaya objektif aja, indikatornya apa? Makanya, kalau tadi ingin menilai Bang Muhaimin, ya paling top hari ini Gus Muhaimin. Pak Muhaimin sangat berhasil.

Bisa diceritakan bagaimana hubungan Anda dengan Cak Imin?

Secara pribadi, karena saya ini wakil ketua umum, yang secara struktur saya membantu beliau. Dan secara pribadi, Pak Muhaimin guru saya. Guru politik saya ya Bang Muhaimin. Karena beliaulah yang ngajari saya sejak dari nol. Sebagai murid, ya tentu kita melaksanakan tugas-tugas guru, dan mempraktikan ilmunya.

Apa perbedaan antara gaya kepemimpinan Cak Imin dengan yang dulu-dulu?

Saya menjadi pengurus kan di masa Bang Muhaimin. Pak Matori kan aktivis, sama. Pak Alwi dari kelompok intelektual. Kalau Pak Muhaimin dari aktivis. Yang jelas Pak Muhaimin dalam gaya dan pola kepemimpinannya sangat menghormati kader dan egaliter. Semua keputusan diambil bersama, dibicarakan bersama, dijalankan bersama-sama.

Jadi, itulah yang membuat PKB solid, kompak. Semua pikiran dihargai, semua kerja dihargai. Para kiai (dihargai), semua jajaran PKB, memang istilahnya para kiai di pesantren. Pikiran-pikiran itu yang dijalankan terus oleh Gus Muhaimin.

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

Catatan Akhir Periode: Mewujudkan Keamanan Komprehensif (Comprehensive Security) 

JAKARTA – Dalam mengarungi dinamika berbangsa dan bernegara yang tidak

Membangun Ketahanan Demokrasi 

JAKARTA – Konsolidasi demokrasi merupakan tahapan paling krusial dari proses