3 days ago
11 mins read

Dmitry Shcherbakov: Menyatukan Dunia Lewat Tenis

Pendiri Liga Tennis, Dmitry Shcherbakov. (Foto: Chairul Akhmad)

JAKARTA – Di sebuah sore nan hangat di Bali, Dmitry Shcherbakov duduk santai di tepi lapangan tenis, menyaksikan bola-bola melesat di udara. Suara raket beradu dan tawa para pemain berpadu dalam suasana penuh energi. Siapa sangka, dari lapangan seperti inilah lahir ide besar yang mengubah hidupnya—Liga Tennis, sebuah platform yang kini dikenal di berbagai negara.

Tahun 2016 menjadi titik balik dalam hidup Dmitry. Saat itu, pria asal Ukraina ini sudah enam tahun tinggal di Bali. Seorang teman menawarinya pelajaran tenis gratis. Awalnya ia menolak, tapi akhirnya mencoba.

“Saya sama sekali belum pernah menyentuh raket tenis,” ujarnya sambil tersenyum. “Tapi begitu masuk lapangan, saya langsung jatuh cinta. Sejak saat itu, hidup saya berubah.”

Beberapa bulan kemudian, Dmitry berhasrat untuk bermain lebih serius. Ia membayangkan sistem yang bisa mencatat skor, memperbarui hasil pertandingan, dan menghubungkan para pemain tenis dari berbagai tempat. Dari situlah ide Liga Tennis muncul.

Kisah dua kelahiran
Dmitry mulai membangun situs web sederhana sebagai wadah komunitas tenis. Dan menariknya, momen itu bertepatan dengan peristiwa besar dalam hidupnya: kelahiran anak pertamanya.

Pada 14 Februari 2017, di Hari Valentine, lahirlah Justin Valentine—dan di hari yang sama, programmer Dmitry mengirim pesan: “Website-nya sudah siap.”

“Jadi, dua hal lahir bersamaan hari itu: anak saya dan Liga Tennis,” kenangnya dengan tawa kecil.

Platform Liga Tennis mulai menarik banyak pemain. Hanya dalam beberapa bulan, ribuan orang mendaftar. Dmitry pun bermimpi membangun klub tenis fisik di Bali, tempat orang bisa bermain, bersosialisasi, dan berkompetisi.

Suatu hari, mantan bosnya di Ukraina menghubunginya dan menyatakan minat untuk berinvestasi di Bali. Dmitry langsung menawarkan ide klub tenis. Semua tampak berjalan baik: lahan sudah ditemukan, negosiasi hampir rampung.

Namun dua hari kemudian, kabar mengejutkan datang, sang calon investor membatalkan niatnya. “Saat itu saya pikir semuanya berakhir,” kenangnya.

Bukannya menyerah, Dmitry dan istrinya—yang asli Bali—justru memutuskan untuk terus maju. Mereka menjaminkan rumah ke bank demi modal membangun klub pertama. “Kami ambil risiko penuh, all in. Tapi kami percaya pada mimpi ini,” tegasnya.

Klub Pertama di Bali
Keputusan itu berbuah manis. Klub tenis pertama mereka resmi berdiri di Bali pada tahun 2019. Tanpa investor besar, tanpa jaringan besar—hanya kerja keras dan keyakinan.

Awalnya, Dmitry tak berminat menjadikannya ladang bisnis. Ia hanya ingin punya lapangan sendiri untuk bermain. Namun, waktu berkata lain. Liga Tennis berkembang menjadi jaringan komunitas tenis yang lebih luas, bahkan menarik investor dari berbagai negara. Kini, sekitar 70 persen investornya berasal dari luar negeri. Sisanya dari Indonesia, terutama dari Jakarta.

“Saya dulu hanya ingin punya tempat bermain tenis,” ujarnya. “Saya tidak pernah menyangka ide sederhana ini bisa tumbuh sejauh ini.”

Bagi Dmitry, Liga Tennis bukan sekadar bisnis. Ia adalah ruang bagi komunitas untuk bertumbuh.

“Saya tidak melihat tenis hanya sebagai olahraga,” ujarnya. “Bagi saya, ini cara hidup—tentang bagaimana kita bertemu orang, berbagi energi positif, dan terus berkembang.”

Kepada Total Politik, pria yang pernah bekerja di salah satu bank di Ukraina ini menuturkan kisahnya di sebuah kafe Hotel Indonesia Kempinsky yang terletak di jantung Jakarta.

Bisa Anda ceritakan, apa sebenarnya Liga Tennis ini?
Jadi Liga Tennis ini adalah jaringan klub olahraga raket di seluruh Indonesia. Sekarang kami memiliki tujuh klub yang sudah beroperasi—enam di Bali dan satu di Sumba. Selain itu, enam klub lain sedang dalam tahap pembangunan. Fokus kami saat ini memang di Indonesia. Mungkin di masa depan kami bisa berekspansi ke negara lain, tetapi niat, ambisi, dan target utama kami adalah membangun jaringan ini di Indonesia.

Saat ini, tujuh klub sudah beroperasi, enam sedang dibangun, dan sekitar lima lagi akan segera dimulai pembangunannya. Jadi bisa dibilang proses pengembangan kami berlangsung terus, baik dari sisi arsitektur maupun manajemen. Selain di Bali, kami juga akan segera membangun klub di Medan, kemudian di Manado, dan beberapa kota lain yang sedang dalam tahap finalisasi diskusi—termasuk Surabaya dan bahkan Solo (Surakarta).

Target strategis kami adalah memiliki total 77 klub dalam sembilan tahun ke depan, atau sekitar satu dekade. Mungkin nanti ada juga yang berdiri di luar Indonesia, tetapi fokus utama tetap di sini, di Indonesia. Kami ingin menciptakan jaringan klub dengan standar dan nuansa yang sama—seperti konsep jaringan Hotel Kempinsky atau kedai kopi Starbucks.

Setiap lokasi Liga Tennis harus terasa seragam dari sisi pengalaman, kualitas, dan suasana. Misalnya, kami tidak akan membuka klub di lokasi yang tidak memiliki area parkir memadai, karena bagi kami pengalaman pengunjung adalah prioritas. Kami juga memiliki aplikasi resmi yang kini digunakan oleh lebih dari 100.000 pengguna, sebagian besar berasal dari Indonesia.

Seratus ribu anggota, itu jumlah yang cukup banyak?
Ya, pengguna aplikasi aktif dan terdaftar. Dan yang penting, Liga Tennis tak hanya tentang tenis. Kami juga bukan sekadar klub padel, pickleball, atau squash. Konsep kami adalah semua olahraga raket (all racket sports). Jadi bisnis kami berpusat pada olahraga yang menggunakan raket. Kalau Anda bertanya apakah kami akan membuka gym, kolam renang, atau studio yoga, jawabannya tidak. Kami memilih fokus pada bidang yang benar-benar kami kuasai.

Dulu kami sempat memiliki studio tari dan pusat kebugaran di salah satu lokasi di Bali, tapi kini kami hentikan. Kami sadar kekuatan kami ada pada olahraga raket, dan di situlah kami ingin berkembang. Sebagai contoh, baru beberapa hari lalu kami membuka klub baru di Ubud, Bali. Di sana ada fasilitas tenis dan padel.

Tahun depan, pada kuartal pertama, kami juga akan membuka klub baru di Uluwatu, dengan dua lapangan tenis beratap, empat lapangan padel, dan lima lapangan pickleball beratap. Intinya, setiap kali kami membuka klub baru, kami berusaha menghadirkan fasilitas multiracket sports, bukan hanya satu jenis olahraga. Tentu saja, bentuk dan skala setiap klub menyesuaikan lokasi, luas lahan, dan kebutuhan masyarakat sekitar.

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop
toto slot situs togel situs togel
toto slot
slot88