JAKARTA – Dalam artikel di Totalpolitik.com, politikus senior, Zulfan Lindan, menakar peluang beberapa tokoh yang namanya digadang-gadang maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024 mendatang.
Beberapa nama yang disebut adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.
Akademisi Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin, mengungkapkan ada empat hal dari kedua tokoh tersebut yang harus diukur untuk mengetahui apakah mereka berpotensi untuk maju atau tidak memperebutkan kursi Gubernur Jakarta.
Menurut Ujang, Erick dan Pak Bas harus dinilai berdasarkan popularitasnya.
“Seberapa tinggi popularitas keduanya. Kalau keduanya dilihat dari seorang figur menteri, ya maka mereka populer, sudah pasti dikenal publik, bukan hanya oleh warga DKJ, tapi oleh seluruh Indonesia,” katanya saat dihubungi oleh Totalpolitik.com, Minggu (26/5/2024).
Kemudian, ia menyampaikan bahwa elektabilitas atau tingkat keterpilihan juga menjadi faktor yang penting.
“Nah yang kedua itu soal elektabilitas. Elektabilitas ini, nggak tahu, kan harus disurvei dulu oleh lembaga survei yang kredibel agar terlihat keduanya memiliki elektabilitas berapa, seberapa tinggi, seberapa kuat gitu,” kata Ujang.
“Kalau tinggi, kalau kuat, ya punya potensi besar untuk dipilih. Bisa unggul dan bisa menang. Tapi kalau elektabilitasnya rendah, kecil, ya sulit untuk bisa unggul,” sambungnya.
Selanjutnya, Ujang menyebut ‘isi tas’ atau kemampuan finansial sebagai hal yang harus dipertimbangkan.
“Nah yang ketiga itu isi tas, mungkin isi tas keduanya luar biasa, jago ya. Kalau urusan duit okelah, keduanya ‘bos-bos’ gitu, baik Hadimuljono maupun Erick Thohir,” ucapnya.
Terakhir, Ujang menyorot acceptability, atau tingkat penerimaan masyarakat baik terhadap Erick maupun Basuki.
“Nah, yang keempat itu acceptability, penerimaan dari warga DKJ maupun dari partai politik,” lanjutnya.
Mengejar elektabilitas
Menurut Ujang, elektabilitas menjadi faktor yang paling penting di antara empat lainnya yang sudah disebutkan satu per satu. Sebab, baik yang populer, yang kuat secara finansial, maupun yang diterima oleh masyarakat belum tentu bisa terpilih.
“Yang populer belum tentu terpilih, yang banyak uang belum juga tentu terpilih, yang acceptability-nya tinggi, penerimaannya tinggi belum tentu terpilih. Jadi dari empat itu yang paling penting untuk melihat kemenangan memang elektabilitas,” ujarnya.
Ujang melanjutkan bahwa elektabilitas merupakan elemen yang harus ditunjang oleh kekuatan finansial yang ia sebut-sebut sebagai ‘isi tas’ itu.
“Elektabilitas ini harus ditunjang dengan isi tas, dengan kekuatan finansial yang kuat,” sambungnya.
“Karena partai-partai itu akan mengusung, akan mendukung keduanya jika memiliki paling tidak ya empat hal itu. Yang paling penting dalam konteks kemenangan yaitu adalah elektabilitas, keterpilihan, ditunjang oleh ‘isi tas,” jelas Ujang.
Melawan pemain lama
Ketika ditanya mengenai peluang Erick dan Basuki melawan pemain-pemain lama jika mereka memutuskan untuk ikut bertarung dalam Pilkada Jakarta 2024, Ujang mengatakan semua tokoh akan dipertimbangkan berdasarkan elektabilitasnya.
Adapun mantan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan kandidat Presiden dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, Anies Baswedan juga belum diketahui apakah akan maju atau tidak memperebutkan jabatan eksekutif tertinggi di Jakarta nantinya.
“Kalau nanti katakanlah pesaingnya Anies atau Ahok, ya tadi harus dilihat elektabilitasnya. Semuanya masih dinamis kan. Anies juga bisa maju bisa tidak, Ahok juga bisa maju bisa tidak,” kata Ujang.
Dalam keadaan semua poin plus dan minus dipertimbangkan, semua tokoh yang akan maju nantinya dinilai berdasarkan tingkat elektabilitasnya.
“Jadi dalam konteks jika bersaing nanti dengan Anies atau Ahok kalau maju, harus dilihat dari berapa elektabilitasnya. Ukur aja elektabilitas, keterpilihannya itu. Dari semua kandidat yang maju, baik dari Hadimuljono, Erick Thohir, Anies maupun Ahok. Di situ diukurnya,” sambungnya.
Ujang menilai ukuran dari kemenangan dan kekalahan seseorang di Pilkada Jakarta 2024 lekat hubungannya dengan tinggi atau rendahnya elektabilitas mereka.
“Itu yang paling penting dan mendasar kalau ingin bersaing dengan kandidat mana pun, dengan siapa pun begitu, harus memiliki elektabilitas yang tinggi,” tandasnya.* (Bayu Muhammad)
Baca juga:
‘Ahok Nggak Laku, Anies Rumit’
Ahok Maju Lagi di Pilkada Jakarta 2024
Pengamat: Ridwan Kamil Belum Pasti, Anies Perlu Rebutan Tiket