JAKARTA – Politikus oposisi Israel, Benny Gantz, menyatakan mundur dari kabinet perang Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu.
Sebelumnya, Gantz sempat menunda pidato pengunduran dirinya setelah tentara Israel (IDF) melaksanakan operasi yang membebaskan empat tawanan dari tangan kelompok milisi Palestina di Jalur Gaza.
Serangan itu sendiri merenggut nyawa ratusan warga Palestina di Jalur Gaza. Selain itu, beberapa juga mengalami luka-luka.
Gantz dan Netanyahu sendiri memiliki pertentangan mengenai strategi untuk menyelamatkan dan memulangkan para tawanan dari Jalur Gaza.
Isu tersebut sudah bergulir menjadi isu nasional dan memberikan tekanan terhadap Netanyahu, salah satunya untuk menyetujui diadakannya gencatan senjata dengan Hamas.
Hingga kini, The Guardian mengungkapkan ada 250 tawanan yang masih belum bisa diselamatkan oleh Israel.
Gantz menuding Netanyahu menghambat Israel dalam mencapai kemenangan sesungguhnya melawan Hamas di medan pertempuran.
“Netanyahu sedang mencegah kita untuk mencapai kemenangan sesungguhnya,” ujarnya dalam pidato yang disiarkan pada Hari Minggu (9/6/2024) malam.
“Untuk alasan ini kami keluar dari pemerintahan darurat hari ini, dengan hati yang berat, tapi dengan hati yang penuh,” lanjutnya.
Gantz juga pernah menuding Netanyahu mengesampingkan tujuan-tujuan strategis dalam perang di Jalur Gaza, seperti pembebasan tawanan, untuk mengamankan keselamatan politiknya sendiri.
Ia kini meminta agar Netanyahu mengumumkan tanggal untuk pemilihan umum (pemilu) di Israel. “Jangan biarkan negara kita terpecah belah,” katanya.
Netanyahu melemah
Dengan keluarnya Gantz, kabinet perang Netanyahu yang dibuat secara darurat kini hanya memiliki dua anggota, yaitu Netanyahu sendiri dan Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Yoav Gallant.
Kabarnya, Netanyahu dan Gallant sudah tidak lagi bertemu tatap muka. Mereka juga memiliki pertentangan soal perang yang kini sedang terjadi di Jalur Gaza.
Sebenarnya, hal ini tidak berdampak fatal bagi Netanyahu. Pemerintahannya masih memiliki dukungan dari partai-partai sayap kanan di parlemen.
Politikus sayap kanan yang kini menjabat Menteri Keuangan (Menkeu) Israel, Bezalel Smotrich, mengecam keputusan Gantz.
“Tidak ada tindakan yang lebih tidak berkenegarawanan daripada mengundurkan diri dari suatu pemerintahan pada saat perang,” sindir Smotrich.
Sementara itu, sesama politikus sayap kanan yang jadi Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel, Itamar Ben-Gvir, meminta kursi Gantz di kabinet perang Netanyahu.
Politikus oposisi lainnya, Yair Lapid, mendukung keputusan Gantz. Ia mengatakan mundur dari pemerintahan yang gagal merupakan langkah yang penting dan benar.
“Waktunya telah tiba untuk menggantikan pemerintahan yang ekstrem dan ceroboh ini dengan pemerintahan yang waras yang akan mengembalikan keamanan kepada warga Israel,” katanya.* (Bayu Muhammad)
Baca juga:
Belum Selesai Perang di Gaza, Israel Mau Lawan Hezbollah