2 years ago
7 mins read

Dahnil A Simanjuntak (1): Jubir Tiga Peran

Juru Bicara Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak. (Foto: Totalpolitik.com)

JAKARTA – Penyambung lidah Prabowo Subianto, julukan ini sepertinya pantas disematkan kepada Dahnil Anzar Simanjuntak. Sosok yang selama ini menjadi juru bicara Sang Presiden terpilih.

Sudah enam tahun lamanya, mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah itu mendampingi sang mantan Danjen Kopassus, baik sebagai pribadi, Ketua Umum Gerindra, dan Menteri Pertahanan. Dahnil menjadi jubir Prabowo dalam tiga peran.

“Tugas saya menjaga narasi komunikasi publik Pak Prabowo di media, di depan publik, sebagai pribadi dan Ketum Gerindra. Saya juga berusaha mengamplifikasi pesan-pesan kebijakan Pak Prabowo sebagai Menteri Pertahanan,” tuturnya saat menerima Totalpolitik.com di ruangan kerjanya, di kawasan Jakarta Pusat.

Dahnil juga dianggap sebagai jubir yang paling tepat dan pantas mendampingi Prabowo. Keduanya seperti terikat dalam senyawa kimia yang saling menguatkan satu dengan yang lain.

“Jadi ada chemistry. Ibaratnya Pak Prabowo ngeluarin satu kalimat, saya bisa menjabarkan itu dengan penjelasan yang panjang,” ungkapnya ketika ditanya apa resep kedekatannya dengan bekas menantu Presiden Soeharto itu.

Berikut obrolan menarik dengan Dahnil Anzar Simanjuntak.

Bisa diceritakan bagaimana kisah Anda bisa jadi juru bicara Pak Prabowo?

Pada 2018 itu, saya masih Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Waktu itu juga masih aktif sebagai dosen di perguruan tinggi negeri di Banten. Kemudian, jelang pilpres itu saya banyak diskusi dengan Pak Prabowo. Beberapa kali kami ketemu dulu bersama Pak Busyro Muqoddas, mantan Ketua KPK.

Jadi kami diskusilah dengan Pak Prabowo tentang isu-isu kebangsaan, sosial, agama, dan lain sebagainya. Jelang pilpres, Pak Prabowo dan partai koalisi mengajak saya menjadi jubir. Juru bicara tim pemenangan, pada saat itu koordinator jubir.

Namun, pada saat itu saya masih berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Kemudian, saya putuskan—karena pada saat itu saya melihat Pak Prabowo adalah satu-satunya jalan untuk melakukan perbaikan—mundur sebagai ASN. Karena kalau bergabung dengan tim kampanye, jadi koordinator jubir pada saat itu, maka harus tidak dalam posisi ASN.

Akhirnya saya berhenti, mengajukan pengunduran diri sebagai ASN. Akhirnya saya full jadi koordinator juru bicara. Pada saat itu mau Muktamar Pemuda Muhammadiyah juga. Nah, selesai, kemudian saya pun jadi juru bicara selama masa kampanye. Cukup lama ya, sekitar setahun.

Jadi, pada 2018 saya mengoordinasikan seluruh juru bicara tim kampanye. Pada 2019, selesai kampanye, Pak Prabowo belum beruntung pada saat itu. Kemudian, Pak Prabowo akhirnya minta saya juga menjadi juru bicara beliau personal, sebagai Ketua Umum DPP Gerindra. Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina DPP Gerindra pada saat itu.

Ini belum ada rencana koalisi pada saat itu. Pak Prabowo belum jadi Menhan. Kemudian saya diundang (jadi) juru bicara beliau sebagai Ketua Umum Gerindra. Di tengah jalan, saya sempat ke Medan. Diminta ke Medan untuk kontestasi Pilkada Kota Medan 2019. Pak Prabowo mau distribusikan anak-anak muda supaya bisa jadi kepala daerah. Kemudian, saya pilih di Medan.

Ternyata Pak Prabowo koalisi. Beliau jadi Menteri Pertahanan. Ya sudah, Pak Prabowo ternyata ajak saya juga ke Kementerian Pertahanan, jadi juru bicara Menteri Pertahanan. Jadi saya adalah juru bicara Pak Prabowo: sebagai pribadi, sebagai Ketua Umum Gerindra, dan Menteri Pertahanan. Saya jadi juru bicara beliau sampai dengan hari ini. Akhirnya, saya di Medan ditarik mundur. Nggak ikut kontestasi di sana. Pak Prabowo minta fokus di Kemhan sampai dengan hari ini. Hingga hari ini (2024), ya hampir enam tahun saya jadi jubir Pak Prabowo.

Ada kemungkinan nanti Anda dipilih sebagai jubir presiden saat beliau menjabat?

Saya nggak tahu, karena saya kan prajurit. Jadi sejak saya jadi anak buah Pak Prabowo, saya tentu memosisikan diri saya sebagai prajurit Prabowo Subianto, pejuang politik Prabowo Subianto. Mau diletakkan di mana pun? Mau diberikan posisi apapun? Ya, saya ikut. Jadi sami’na wa atho’na (dengar dan taat-red). Ibaratnya itu saya diperintahkan Pak Prabowo besok maju sebagai Kepala Desa Sipiongot pun saya maju. Tahu nggak, Sipiongot itu satu desa di Sumatera Utara sana. Jadi, analoginya seperti itu. Dalam posisi ikut perintah Pak Prabowo.

Tugas Anda sebagai jubir itu apa saja?

Ya, itu tadi. Menjaga narasi komunikasi publik Pak Prabowo di media, di depan publik, dan sebagainya. Jadi, saya juga berusaha mengamplifikasi pesan-pesan kebijakan Pak Prabowo kalau sebagai Menteri Pertahanan. Kemudian mengamplifikasi dan menjaga narasi politik Pak Prabowo dalam posisi beliau sebagai Ketua Umum DPP Gerindra. Dan kemarin sebagai capres.

Di mana Anda pertama kali bertemu dengan beliau?

Saya pertama kali bertemu Pak Prabowo dalam momentum diskusi di rumah beliau, di Kertanegara. Waktu itu, saya bersama dengan Busyro Muqoddas. Saya bersama Pak Busyro Muqoddas bertiga. Waktu itu kami diskusi terkait dengan agenda pemberantasan korupsi begitu. Pak Busyro waktu itu sudah selesai sebagai Ketua KPK. Concern beliau waktu itu pada isu-isu korupsi.

Kemudian, Pak Prabowo ingin bicara dan ingin melihat landscape Indonesia dalam konteks pemberantasan korupsi. Kemudian saya, Pak Busyro, bertiga pada saat itu diskusi banyak hal terkait dengan apa sih yang harus diberesin dari Indonesia ini? Bagian mana yang potensi korupsinya luar biasa? Pemberantasannya seperti apa? Dan sebagainya.

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

PROJO: Prabowo-Gibran Setia Berjuang untuk Rakyat

JAKARTA – Ormas PROJO mengapresiasi kinerja satu tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran.

Menakar Ide Koalisi Permanen

JAKARTA – Pada pertemuan dengan Koalisi Indonesia Maju Plus (KIM
toto slot situs togel situs togel
toto slot
slot88