7 months ago
1 min read

Perang Rusia-Ukraina Berlarut, Tiongkok Diminta Jadi Mediator

Menteri Luar Negeri (Menlu) Ukraina, Dmytro Kuleba. (Foto: Bloomberg)

JAKARTA – Menteri Luar Negeri (Menlu) Ukraina, Dmytro Kuleba, ke Beijing, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), pada tanggal 23-24 Juli 2024 untuk bertemu dengan Menlu RRT, Wang Yi, dalam rangka membahas perang Rusia-Ukraina.

Ini merupakan pertama kalinya Ukraina menjangkau RRT untuk menjadi mediator dengan Rusia sejak diserang pada Februari 2022.

Kunjungan Kuleba terjadi di tengah-tengah inisiatif Ukraina untuk mempersiapkan kondisi internasional yang menguntungkan sebelum berunding dengan Rusia secara langsung.

Kuleba menyatakan Ukraina siap untuk bernegosiasi jika Rusia sudah siap. Tapi ia belum melihat adanya kesiapan dari Kremlin untuk melakukan itu.

Rekannya, Wang, juga mengatakan waktu dan kondisi untuk dilakukannya negosiasi antara Rusia dan Ukraina juga belum ‘matang’.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, meminta Ukraina untuk menyerahkan empat daerah Ukraina yang kini dikuasai oleh militer Rusia secara sebagian. Hal itu dijadikan prasyarat oleh Rusia untuk diadakannya perundingan dengan Ukraina.

Putin juga meminta agar Ukraina berjanji tidak akan bergabung dengan Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Dan ia juga meminta agar Kyiv mengurangi kekuatan angkatan bersenjatanya.

Sampai dengan saat ini, sebanyak 80 negara meminta agar Rusia menghormati kedaulatan dan kesatuan wilayah Ukraina sebagai landasan untuk diadakannya perundingan perdamaian.

Zelenskyy coba diplomasi

Sementara itu, panglima tertinggi Ukraina, Oleksandr Syrskii, mengatakan kepada The Guardian bahwa Rusia kini memiliki 520.000 pasukan di Ukraina, atau sekitar 50.000 lebih banyak dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Ia mengatakan Rusia berencana memiliki 690.000 tentara pada akhir tahun ini. Rusia juga masih memiliki keunggulan 2 banding 1 atau 3 banding 1 terhadap Ukraina di aspek perlengkapan militer.

Sampai dengan saat ini, Ukraina masih bisa mempertahankan garis depan mereka dari serangan Rusia. Tahun ini, Rusia baru berhasil merebut sekitar 550 kilometer persegi dengan korban yang tinggi.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, belum mengubah tujuan-tujuan perangnya. Akan tetapi, ia terlihat sedang beralih ke meja runding untuk mencapai tujuan-tujuan itu.

Zelenskyy mengatakan kepada BBC bahwa Ukraina tidak harus merebut kembali semua wilayahnya dengan menggunakan kekuatan militer.

Ia berpikir beberapa wilayah Ukraina yang kini dikuasai oleh Rusia bisa direbut kembali dengan menggunakan diplomasi.

“Hal ini tidak berarti bahwa seluruh wilayah direbut kembali dengan kekerasan. Saya pikir kekuatan diplomasi dapat membantu,” ujarnya.* (Bayu Muhammad)

Baca juga: Prabowo Bertemu Macron di Paris

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

Serangan Ukraina di Kursk Berlanjut

JAKARTA – Dalam pidatonya saat perayaan Hari Kemerdekaan Ukraina, Presiden

Zelenskyy Minta Senjata Jarak Jauh untuk Lawan Rusia

JAKARTA – Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menuntut agar negara-negara sekutunya