3 months ago
5 mins read

Masinton Pasaribu: Sosialisme ala Indonesia

Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi PDI-P, Masinton Pasaribu. (Foto: Totalpolitik.com)

Anda tidak yakin Prabowo akan melanjutkan IKN?

Makanya itu tadi aku bilang, bagusnya Pak Prabowo jangan larut dalam keberlanjutan tadi. Justru dievaluasi kembali. Sebagai sebuah bahan kampanye kemarin okelah. Tapi setelah berkuasa dengan kondisi hari ini, realita politik hari ini, menurut aku sih harus dievaluasi. Dan apapun kita tetap berharap Pak Prabowo bisa mengambil langkah-langkah drastis sesuai dengan Pak Prabowo yang muncul dalam konvensi Golkar, terus ketika Pak Prabowo berpasangan dengan Ibu Mega, Pak Prabowo mencalonkan sebelum-sebelumnya. Nah bisa tampil ketika dilantik nanti itu memegang kendali pemerintahan tampil dengan karakteristik asli Pak Prabowo.

Ada kemungkinan dong PDI-P koalisi dengan Gerindra?

Kalau menurut aku, umpama PDI-P kalau mau bergabung, ya dalam menegosiasikan hal-hal yang mendasar tadi. Buat kebaikan bangsa ini. Jadi ada yang sama-sama kita koreksi dan perbaiki, bukan karena hanya sekadar faktor jabatan. Kita nggak tahu nih, teman-teman juga pasti kan marah dengan situasi ini, tapi kan juga nggak berdaya. Nggak berdayanya kan juga ‘ya udah ntar aja deh, kita tungguin minyak (untuk membakar keadaan)’. Jangan sampai terjadi, karena kata amok itu satu kosakata yang diadopsi (dalam bahasa Inggris dari kita).

Dan itu secara antropologi ya ada di kita. ‘Udah terserah deh mau bikin apa’. Tapi kan memendam rasa kekecewaan, amarah yang besar. Walaupun menyatakan terserah elo, sampai tadi (ada) titik didih dan ada pemantiknya. Nah kita kan jangan sampai hal begitu terjadi. Sebuah bangsa itu kan dia harus baik melakukan koreksi.

Kita coba memperbandingkan deh dalam aspek regionalnya, kita bicara geopolitiknya gitu,  ya di kawasan regional aja deh, ASEAN. Kita tertinggal. Kenapa? Mereka mencoba untuk serius mengelola negara, mengelola pemerintahan, dan mengurus masyarakat. Di kita keseriusan itu yang nggak ada. Kalau aku lihat ya, maaf-maaf. Kenapa tuh kita bisa tertinggal. Kan nggak lucu. Makanya dulu Bung Karno menyadarkan Marhaenisme, Trisakti. Beliau bicara inilah konsepsi sosialisme ala Indonesia itu.

Sekarang bicara sosialisme ala China, Vietnam bicara sosialisme ala Vietnam. Disesuaikan dengan karakteristik bangsa mereka. Kita kayaknya nggak punya mimpi, jalan sendiri-sendiri. Partai politik kita jalan sendiri-sendiri, masing-masing. Politisinya juga begitu. Bahkan, pemerintahan dari pusat ke daerah juga begitu.

Kita jangan bosan mengingatkan dan menjaga. Aku sudah di level itu ya. Karena politik itu bukan untuk cari kaya. Bukan hanya sekadar kejar jabatan. Itu kan rendah banget. Elu jadi politisi, mimpinya cuma segitu. Mimpi elu mimpi besar dong. Mimpi besar elu apa? Mimpi kolektif dengan masyarakat tadi itu. Kalau cuman gimmick, fasilitas, jabatan, aduh kerdil banget elu ke politisi. Kerdil banget elu jadi pejabat cuman begitu doang.*

Baca juga: Masinton Pasaribu: Prinsip Pengelolaan Negara

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

‘Anies Tidak Jadi Maju Bukan Karena Ridwan Kamil’

JAKARTA – Mantan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Daerah

Membangun Ketahanan Demokrasi 

JAKARTA – Konsolidasi demokrasi merupakan tahapan paling krusial dari proses