JAKARTA – 35 orang terbunuh dalam serangan udara Israel atas perkemahan pengungsi Palestina di Rafah.
Israel mengaku telah melakukan serangan tersebut menggunakan amunisi presisi dan berdasarkan intelijen yang presisi.
Serangan tersebut dilakukan beberapa jam setelah Hamas kembali menembakkan rentetan roket ke Tel Aviv untuk pertama kalinya sejak Januari lalu.
Pihak militer Israel mengklaim telah membunuh Kepala Staf Hamas di Tepi Barat dan pejabat-pejabat lainnya yang dianggap bertanggungjawab atas serangan ke negaranya.
Juru Bicara (Jubir) Palestinian Red Crescent Society mengungkapkan jumlah kematian dari serangan udara oleh Israel bisa naik seiring dengan berjalannya operasi pencarian dan penyelamatan oleh tim SAR di lapangan.
Pihak Israel mengatakan kalau mereka mengetahui laporan yang menunjukkan akibat serangan dan kebakaran yang terjadi, beberapa warga sipil di area tersebut terluka. Dan mereka sedang meninjau insiden itu.
Palestinian Red Crescent Society mengatakan lokasi yang mengalami serangan Israel telah ditentukan sebagai ‘area kemanusiaan’.
Pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri mendeskripsikan serangan tersebut sebagai pembantaian.
Seperti yang sudah dikatakan, serangan Israel kali ini menyusul serbuan roket milisi Palestina ke Tel Aviv beberapa jam sebelumnya. Militer Israel mengatakan roket-roketnya berasal dari Rafah.
Israel makin keras
Serangan roket oleh milisi Palestina sebelumnya langsung direspons oleh pejabat-pejabat Israel.
Oposisi sekaligus anggota kabinet perang Israel, Benny Gantz, mengatakan bahwa serangan dari Rafah merupakan bukti kalau IDF (militer Israel) harus bertindak di mana pun Hamas ada.
Menteri Keamanan, Itamar Ben-Gvir, juga memberikan tanggapan. Ia meminta Israel untuk menyerbu Rafah dengan sepenuh tenaga.
Hingga kini, Israel meneruskan serangannya di Gaza Selatan meskipun telah diperintah oleh pengadilan tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk berhenti.
Sementara itu, kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin mengkhawatirkan. Sekitar satu juta terpaksa mengungsis etelah Israel memulai serangannya di daerah Gaza Selatan dan Timur.
Pengiriman bantuan-bantuan kemanusiaan melalui truk juga terhenti akibat pertempuran yang berkecamuk.
Terkini, konvoi yang terdiri dari 200 truk sedang menyeberangi Kerem Shalom di Gaza Selatan. Konvoi itu datang setelah Mesir dan Amerika Serikat (AS) sepakat untuk mengirim bantuan lewat Israel.* (Bayu Muhammad)
Baca juga:
Bantuan ke Gaza Mengalir dari Dermaga Buatan AS