1 year ago
5 mins read

Dahnil A Simanjuntak (4-habis): ‘Suffering of Knowing’

Juru Bicara Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak. (Foto: Totalpolitik.com)

Pandangan kebangsaan Indonesia dan Islam di negara kita kan sangat plural, menurut Anda?

Begini, yang sekarang mengkhawatirkan dari kebangsaan kita, terutama Gen Z atau millenial itu adalah tradisi baca dan tradisi memahami sejarah yang rendah. Literasinya minim. Banyak ngomong tapi sedikit baca. Media sosial itu membuat kita banyak ngomong, banyak ngetik, tapi minim baca. Coba Anda lihat, anak-anak Gen Z sekarang, referensinya TikTok, Instagram, dan lain-lain. Bukan buku. Itu harusnya membaca.

Bagaimana mungkin Anda bicara Indonesia kalau nggak paham sejarah Indonesia? Saya khawatir, sekarang ini saja kalau ditanya siapa misalnya Sjafruddin Prawiranegara atau siapa itu Tan Malaka? Belum tentu anak-anak Gen Z tahu. Itu pasti kita temukan mereka karena literasi sejarahnya rendah.

Kita nggak mungkin bisa bicara Indonesia kalau nggak paham sejarah pembentukan Indonesia. Itu saja dulu. Wawasan kebangsaan itu dimulai dari situ. Rasa kecintaan terhadap Indonesia itu dimulai dari pemahaman sejarah. Nah, Pak Prabowo misalnya—yang tadi saya sebutkan—jadi teladan kehidupan karena beliau pembaca sejarah. Bukan cuma sejarah Indonesia, tapi sejarah bangsa-bangsa dan pembentukan bangsa-bangsa di seluruh dunia.

Apa solusi menghadapi masalah minat baca yang rendah ini?

Dulu kami zaman aktivis itu, ada dua syarat untuk jadi intelektual; baca-diskusi, diskusi-baca. Jadi, dibalik-balik saja. Setelah itu apa? Tulis, kan gitu. Sekarang kan nggak begitu. Makanya, saya kebetulan punya kedai kopi, saya bikin namanya Begawan Kopi di Medan. Itu saya lengkapi dengan perpustakaan.

Tujuannya apa? Kedai kopi ini kan simbolisasi tempat nongkrong, cakap-cakap, bercerita. Saya berharap, ketika mereka cakap-cakap itu, mereka tertarik untuk baca. Di setiap dinding kedai kopi saya itu ada foto sejarah. Peristiwa Aceh, misalnya. Peristiwa Madiun. Kemudian gambar-gambar tokoh. Tujuannya agar mereka penasaran ini siapa ya? Ketika melihat Jenderal Sudirman misalnya, mereka akan penasaran gimana sih ceritanya? Mereka buka Google.

Jadi, saya sengaja pasang foto-foto itu. Inilah cara saya mendorong literasi. Makanya saya selalu bilang di manapun, karena kesejatian saya itu adalah pendidikan. Maka saya berusaha semaksimal mungkin menyelipkan pesan-pesan pendidikan, edukasi, untuk kepentingan yang lebih panjang. Makanya saya bikin kafe pun pakai perpustakaan, pakai foto-foto itu. Di politik pun, saya berusaha jadikan politik sebagai sarana dakwah misalnya. Sebagai sarana edukasi. Itu yang saya lakukan.

Bagaimana Anda melihat diri Anda saat ini?

Cita-cita saya itu yang belum tercapai satu. Kalau cita-cita tertinggi saya itu, saya pengen jadi guru besar. Jadi dulu mimpi kita jadi dosen, ya guru besar. Dan itu saya masih mengajar di pasca sarjana seperti biasa. Tentu apa, saya ingin mengabdikan diri di dunia kampus.

Bagi saya, pendidikan itu adalah jalan menuju peradaban. Pendidikan itu adalah jalan untuk mengubah peradaban. Buat orang lebih beradab, ya itu jalannya pendidikan. Bagi saya, kemana pun saya akan terbang, sangkar tempat saya kembali itu pasti kampus. Sangkar saya tempat mengekspresikan dakwah, ya pasti Muhammadiyah.

Kalau Pak Prabowo, sebagai apa dia ingin dikenal?

Sebagai apa Pak Prabowo ingin dikenal? Tentu sebagai presiden yang memang bekerja untuk kepentingan rakyatnya, sebagai pemersatu. Kalau sekarang saya lihat upaya Pak Prabowo itu ingin sebagai pemersatu semua kelompok. Dalam perspektif saya, saya berharap Pak Prabowo bisa menjadi Bapak Pemersatu, Bapak Persatuan.

Kenapa? Karena tantangan kita sekarang ini, setelah mau 100 tahun Indonesia, ya harus kembali mengingatkan pentingnya persatuan itu. Karena sudah banyak bangsa terpecah di abad pertamanya. Jangan sampai kita mengalami hal tersebut. Pak Prabowo bagi saya, bisa menjadi upaya persatuan itu. Sebagai tokoh pemersatu di tengah banyak perbedaan, di banyak konflik politik seperti saat ini.* (Bayu Muhammad/Chairul Akhmad)

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

Menakar Ide Koalisi Permanen

JAKARTA – Pada pertemuan dengan Koalisi Indonesia Maju Plus (KIM

Menakar Prospek Hubungan Diplomatik Indonesia dan Turki

JAKARTA – Pada tanggal 11-12 Februari 2025, Presiden Turki Reccep
toto slot situs togel situs togel
toto slot
slot88
situs totositus totositus totojakartaslot88