JAKARTA – Sejak awal bulan ini, nama Dahnil Anzar Simanjuntak sempat jadi headline pemberitaan media karena pernyataannya yang menyebut Presiden terpilih Prabowo Subianto ingin membuat semacam wadah yang disebut Presidential Club.
Menurut Dahnil, dengan Presidential Club Prabowo ingin menguatkan kembali semangat silaturahmi antar elite. Sebab, kata dia, salah satu keprihatinan Ketua Umum Partai Gerindra itu adalah soal geopolitik, geostrategis, dan tantangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian.
“Salah satu rumusan yang penting disampaikan Pak Prabowo itu adalah persatuan elite. Artinya persatuan, kerukunan, keguyuban itu penting. Pak Prabowo sebenarnya berulang kali dalam diskusi-diskusi terbatas menyebutkan kita bisa kompak, bisa ada Presidential Club,” ungkapnya.
“Jika beliau-beliau ini (mantan presiden dan presiden terpilih) bisa bersilaturahmi, maka secara simbolik itu mengirimkan pesan kuat kepada seluruh rakyat Indonesia. Bahwasannya pemimpin-pemimpin kita walaupun berbeda sikap politik, tapi terkait dengan kepentingan yang lebih besar, mereka bisa bersama-sama,” sambungnya.
Berikut lanjutan wawancara Totalpolitik.com dengan Dahnil Anzar Simanjuntak.
Dibanding Menhan yang lain, menurut Anda apa kira-kira kelebihan atau prestasi Pak Prabowo?
Saya nggak mau membanding-bandingkan, tapi yang jelas Pak Prabowo banyak melakukan perbaikan, terutama di alutsista. Kemudian mengakselerasi kualitas modernisasi alutsista. Industri pertahanan kita sekarang lebih akseleratif, karena Pak Presiden memang menginginkan Pak Prabowo untuk fokus kepada industri pertahanan domestik.
Termasuk juga pendidikan. Ini terobosan Pak Prabowo bikin Unhan, S1-nya yang fokus pada MIPA militer. Kemudian biologi, dan sebagainya. Kemudian rumah sakit, ada ratusan rumah sakit tentara yang diperbaiki Pak Prabowo. Bahkan sekarang, Rumah Sakit Suyoto (Rumah Sakit Kemhan) dibuat sebagai rumah sakit riset yang berstandar internasional. Kemudian juga sekolah politeknik di NTT itu juga dibangun oleh Pak Prabowo. Karena concern Pak Prabowo selain alutsista adalah pendidikan, untuk sumber daya manusia yang kuat.
Bagaimana Anda melihat hubungan beliau dengan Pak Jokowi?
Pertama, tentu hubungan Pak Prabowo dengan Pak Jokowi ya presiden dengan menterinya. Komandan dengan prajuritnya, dan itu Pak Prabowo pahami sekali terkait dengan itu. Kedua, Pak Prabowo mengungkapkan secara politik, even Pak Prabowo lebih senior begitu, tapi Pak Prabowo menganggap Pak Jokowi sebagai mentornya secara politik. Ini yang agak sulit mendapat hati kayak gini.
Pak Prabowo itu tipologinya tidak meninggikan diri dalam konteks beliau tidak sungkan belajar dengan orang-orang yang beliau anggap memang mumpuni. Terlepas kemudian yang bersangkutan misalnya dulu sempat jadi anak buah dia, Pak Prabowo tidak sungkan. Dalam konteks misalnya Pak Jokowi kan begitu.
Artinya, ketika dulu Pak Prabowo yang ikut mendukung, mendorong Pak Jokowi sebagai Gubernur DKI. Tapi kemudian pada momentum tertentu, Pak Jokowi lebih lihai secara politik dalam kontestasi pilpres. Makanya Pak Prabowo tidak sungkan belajar dari Pak Jokowi. Bahkan, Pak Prabowo kan sebut beliau (Jokowi) adalah mentornya dalam politik.
Anda melihat kecenderungan Pak Jokowi itu memang mendukung Pak Prabowo dibanding Pak Ganjar yang notabene satu partai?
Saya nggak tahu, tapi yang jelas pada saat ini salah satu supporter Pak Prabowo yang juga penting itu adalah Pak Jokowi.
Soal Presidential Club, istilah ini dari Anda atau dari Pak Prabowo?
Jadi semangat Pak Prabowo itu kan silaturahim. Semangat silaturahim Pak Prabowo itu artinya apa? Karena sekarang ini salah satu keprihatinan Pak Prabowo adalah geopolitik, geostrategis. Itu kan sangat dinamis, ketidakpastian tinggi. Kemudian ekonomi, tantangan ekonomi global itu juga penuh ketidakpastian. Tinggi sekali ketidakpastian.
Nah, salah satu rumusan yang penting disampaikan Pak Prabowo itu adalah persatuan elite. Artinya persatuan, kerukunan, keguyuban itu penting. Itu dengan tujuan tadi, merembet sampai ke bawah. Kenapa? Kalau kita nggak bersatu ini susah kerja. Kenapa? Karena ini ketidakpastian secara global itu sangat tinggi. Maka untuk menghadapi ini, kita harus rukun, kita harus bersatu.
Salah satu jalan untuk itu adalah secara simbolik. Para presiden yang ada sebelum kita ini kan Presiden ke-5, ke-6, ke-7, dan nanti Pak Prabowo. Beliau-beliau ini kan punya kearifan, pengalaman kepemimpinan. Kalau beliau-beliau ini bisa bersilaturahmi, maka secara simbolik itu mengirimkan pesan kuat kepada seluruh rakyat Indonesia. Bahwasannya pemimpin-pemimpin kita walaupun berbeda sikap politik, tapi jika terkait dengan kepentingan yang lebih besar, mereka bisa bersama-sama.