1 year ago
4 mins read

Laksamana Sukardi (1): Insinyur yang Bankir dan Politikus

Politikus Senior Laksamana Sukardi. (Foto: Totalpolitik.com)

Bisa digunakan untuk pemilu?

Kalau pemilu juga bisa dipakai sebenarnya. Karena otentik dan unik. Satu orang satu. Kalau pemilu, formulir C1 difoto pakai Artificial Intelligence (AI) langsung terkonsolidasi. Manfaatnya, bagi orang yang mau jadi caleg, mau jadi gubernur, dia bisa kontrol populasi atau member. Dan bisa interaktif. Misalnya, di satu dapil kan banyak caleg yang nggak pernah datang. Hanya main uang saja.

Jadi, ini dia mendaftarkan semua konstituen di bawah dia. Kalau Anda sudah punya 100 ribu (konstituen) di satu dapil, Anda tinggal komunikasi. Kirim message, teks atau video. Atau bisa tanya aspirasinya apa. Nama platform kita Impulse.

Siapa yang membuat platform ini?

Saya minta tolong anak-anak muda atau orang-orang yang concern mengenai kualitas demokrasi Indonesia. Hanya satu jalan untuk mengalahkan kecurangan establishment ini, yaitu dengan teknologi.

Saya mau coba aplikasi ini buat Pilkada DKI. Kalau Anda mau maju tapi nggak punya partai, bisa lewat jalan independen, karena punya platform ini. Misalnya, di satu daerah, Daftar Pemilih Tetap (DPT)-nya berjumlah 800 ribu.

Kalau Anda udah maintain lama 300 ribu. Tiga orang maju, menang ya kan. Untuk jajaran independen Cuma 80 ribu. Nah, ini membuat partai politik sebagai franchise kekuasaan akan hilang. Nggak ada lagi.

Kita juga bisa tahu aspirasi per kelurahan. Dia punyanya apa? Penyakit yang sering ada apa? Itu baru benar-benar seorang wakil rakyat berinteraksi dengan rakyatnya. Tidak hanya ‘sebagai Ibu Mega’ menentukan capres-cawapres, menentukan caleg, menentukan gubernur, bupati. Itu nggak ada melibatkan rakyat.

Ini yang saya katakan digital democracy, direct democracy, transparansi itu kita mulai. Kalau sekarang rakyat ingin komplain, ya gabunglah di sini. Sama-sama. Misal, Pak Jokowi setuju nggak dengan (pengangkatan) Gibran? Kita saja nggak tahu itu.

Bisa buat survei juga, Pak?

Yang polling-polling juga 1.200 respondennya. Apa nggak bisa dibayar? Percaya? Ya, saya sih pakai analogi saja. Jiwasraya kebutuhan modalnya saja triliunan rupiah, diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ada Menteri BUMN yang ngawasi, ya kan? Itu masih jebol Rp 25 triliun.

Bagaimana perusahaan survei yang modalnya minimum sekali, nggak ada yang ngawasin, akan jujur gitu loh? Nah, dengan aplikasi Impulse ini, yang namanya survei itu setiap hari bisa dilakukan.

Dengan sampling-sampling yang lebih lengkap. Kalau ekosistemnya sudah mencapai 100-200 jutaan, lebih powerful lagi. Tapi harus dimulai. Dimulai dengan kesadaran dan tekad. Dan juga bagi penyelenggara negara, gubernur misalnya, suruh bersihin selokan.

Ada anggaran, yang ditugasin lurahnya siapa, itu bisa difoto hasilnya. Pakai Geotech, Global Positioning System (GPS). Buat politikus juga kalau mau kampanye, relawan suruh pasang-pasang baliho di mana-mana, dan difoto Geotech. Oh benar, dikerjakan.

Kontrol relawan juga jadi mudah?

Sekarang relawan, nih. Relawan ngaku-ngaku, ‘Pak saya punya relawan satu juta.’ Minta duit per orang berapa. Mana buktinya? Kalau pakai ini kan jelas, datanya ada. Setiap anggota organisasi apakah politik, ormas, ikatan alumni, atau pesantren, dia punya anggota lengkap di komputer.

Tapi hanya bisa di-print sebagai data Excel. Ada, tapi nggak interaktif. Mati berarti. Pengennya kan hidup. Nah, ini yang harus kita mulai. Dengan memulai ini, kecurangan itu akan jauh berkurang. Kita polling setiap hari. Misalnya, setiap seminggu atau sebulan si ‘anu’ populer, partai ini populer, mendadak kalah. Ini kan nggak mungkin. (bersambung)

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

PDIP dan Tantangan Mencari Calon Presiden 2029

JAKARTA – Pengamat Politik, Muhammad Qodari, menilai PDIP harus memiliki

Zulfan Lindan: Ahmad Basarah Tepat Gantikan Hasto

JAKARTA – Politisi Senior, Zulfan Lindan, menilai Ahmad Basarah sebagai
toto slot situs togel situs togel
toto slot
slot88
situs totositus totositus totojakartaslot88