JAKARTA – Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), Djayadi Hanan, mengatakan bahwa melekatnya sosok Ganjar Pranowo dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) merupakan kelemahan sekaligus kekuatan.
Di sisi positifnya, Ganjar kuat di basis-basis pendukung PDIP.
“Apakah ada Ganjar effect? Itu menarik pertanyaannya. Gini, kekuatan sekaligus kelemahan Ganjar kemarin adalah terlalu PDIP. Kekuatan dia (itu) sangat PDIP. Artinya dia sangat kuat di basis-basis PDIP,” katanya dalam Total Politik.
Akan tetapi, Ganjar harus punya daya tarik ke basis-basis di luar PDIP apabila ingin menang dalam kontestasi elektoral memperebutkan kursi gubernur apalagi Presiden Republik Indonesia (RI).
“Tapi kalau mau menang jadi gubernur, apalagi pilpres. Dia harus punya appeal, punya daya tarik ke basis-basis di luar PDIP. Jadi itu pemilih yang sangat berbasis ideologis, tapi appeal personalnya lintas-sektor, lintas-komunitas itu menjadi jarang,” ujarnya.
Djayadi mengatakan bukan hanya Ganjar dan PDIP yang mengalami permasalahan itu, partai-partai besar lainnya juga mendapati batu ganjalan yang sama. Mereka kekurangan tokoh-tokoh besar dari internalnya sendiri untuk menghadapi kontestasi tingkat provinsi dan nasional.
“Nah itulah salah satu problem secara umumnya kalau kita lihat mengapa banyak partai besar itu susah punya, tidak selalu punya figur-figur besar di pilkada, bahkan pilpres ya,” lanjutnya.
Partai-partai besar menghadapi hambatan berupa dukungan basis-basis mereka belum cukup untuk meraih suara yang dibutuhkan untuk memenangkan kursi gubernur dan presiden.*