JAKARTA – Seiringan dengan ancaman dari Israel untuk menyerang Hezbollah yang beroperasi dari Lebanon, sekutu-sekutu milisi tersebut menunjukkan keinginan mereka untuk terlibat dalam konflik yang akan datang.
Konflik Israel-Palestina terbaru disebabkan oleh serbuan Hamas pada 7 Oktober 2023 silam. Peristiwa tersebut langsung dibalas oleh Israel yang hingga kini masih menyerang Jalur Gaza.
Sejak itu, Hezbollah telah menyerang Israel untuk memecah fokus mereka di Jalur Gaza. Eskalasi meningkat ketika Israel berupaya membalas Hezbollah di perbatasan utaranya dengan Lebanon.
Sekarang, perang Israel-Palestina dan keterlibatan Hezbollah di dalamnya terancam menjadi konflik di kawasan yang lebih luas.
Analis yang dekat dengan Hezbollah, Kassem Kassir, mengatakan sekutu-sekutu Hezbollah siap untuk terlibat dalam konfrontasi militer dengan Israel di Lebanon. Mereka menamakan diri sebagai ‘poros perlawanan.’
“Poros ini akan terlibat dalam menghadapi tindakan militer apa pun yang dilakukan Israel terhadap Lebanon,” katanya.
Hezbollah panen dukungan
Pada Hari Rabu (19/6/2024), Sekretaris Jenderal (Sekjen) Hezbollah, Hassan Nasrallah, mengungkapkan pihaknya mendapatkan banyak tawaran dukungan dari berbagai milisi yang bersahabat jika perang dengan Israel terjadi.
Tapi ia harus menolaknya karena Hezbollah sendiri sudah memiliki banyak serdadu yang bisa bertempur dengan Israel nantinya.
“Terima kasih, tapi kami kewalahan dengan jumlah (serdadu) yang kami miliki,” ujar Nasrallah yang mengatakan milisinya punya lebih dari 100.000 serdadu.
Sementara itu, anggota poros perlawanan dari Irak, Asa’ib Ahl al Haq, mengatakan Amerika Serikat (AS), hanya akan membahayakan kepentingannya kalau terlibat lebih jauh membantu Israel dalam konfliknya di kawasan.
“Jika Amerika Serikat terus mendukung entitas perampas (Israel) ini dan menyerang Lebanon serta menyeran Hezbollah, Amerika harus tahu bahwa mereka telah menjadikan semua kepentingannya di kawasan dan Irak sebagai sasaran,” katanya.
Direktur proyek Iraq Initiative di lembaga Chatham House, Renad Mansour, mengatakan Hezbollah akan meminta bantuan dari berbagai kelompok jika nantinya perang melawan Israel.
“Banyak kelompok, terutama yang secara transnasional condong ke arah poros tersebut, akan diminta oleh para pemimpin Hezbollah di berbagai negara untuk membantu dan mendukung mereka,” ucapnya.
Adapun kelompok-kelompok yang diminta bantuannya adalah Popular Mobilisation Forces (PMF) di Irak, Houthi di Yaman, dan pejuang-pejuang lainnya yang ada di Suriah.
Mereka berpotensi untuk terlibat dalam perang Hezbollah melawan Israel jika eskalasi terus berlanjut dan berubah menjadi perang terbuka nantinya.* (Bayu Muhammad)
Baca juga:
Netanyahu: Perang Intens dengan Hamas Segera Berakhir