5 months ago
1 min read

Negara Demokrasi Berbayar Terbesar di Dunia

JAKARTA – Pemilu 2024 termasuk pemilu yang lumayan ‘ajaib’ di mana para incumbent atau petahana banyak yang tumbang alias gagal lolos ke parlemen. Kenapa bisa begitu?

Ketua MPP PPP Muhammad Romahurmuziy atau yang biasa disapa Gus Romi, punya analisis menarik soal ini. Menurutnya, fenomena ini terjadi karena incumbent berperang dengan lanskap yang sama dengan 2019.

Ia mencontohkan koleganya di DPR RI, yang sudah tiga periode jadi anggota DPR RI dan duduk di Komisi IV. Yang bersangkutan tidak pernah pindah komisi selama itu. Dia juga memberikan puluhan traktor dan benih, pupuk bahkan sapi kepada konstituennya. 

“Pokoknya paling dahsyat,” kata Romi. “Tahun 2024 ini dia bermain lagi. Dia pikir dengan pengelolaan dia selama tiga periode sebagai politisi Senayan akan berhasil mengantarkannya kembali jadi dewan. Ia juga bagi duit sebanyak 200 ribu amplop. Ternyata kalah juga.” 

“Saya tanya kenapa bisa kalah? Lawannya saya bagi 400 ribu amplop, jawabnya. Ini betul-betul parah,” kata Romi.  

Padahal, lanjut Romi, dia sudah berinvestasi selama 15 tahun. Ia kalah dalam perlombaan akurasi dan efektivitas distribusi money politic. 

“Benar-benar gila. Jadi Indonesia itu menjadi negara demokrasi berbayar terbesar di dunia, dan itu menyedihkan,” ucap Romi.

“Kita bisa proklamirkanlah, hei negara-negara lain yang ingin belajar money politic, datanglah ke Indonesia!” tandasnya.*

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

Perkembangan Partai Politik di Indonesia

JAKARTA – Politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Miftah Sabri, merinci

Sandiaga Bicara soal Peluang Maju di Pilkada 2024

JAKARTA – Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sekaligus Menteri Pariwisata