JAKARTA – Militer Israel, IDF, meminta semua warga Palestina untuk mengungsi dari Kota Gaza dan bergerak menuju selatan.
Perintah pengungsian tersebut disebarkan melalui udara dalam bentuk pamflet yang isinya meminta agar mereka mengambil dua jalur aman menuju Jalur Gaza Selatan, tepatnya ke kota Deir al-Balah.
Hal itu disampaikan Israel seiring dengan intensitas serangan mereka yang akan ditingkatkan terhadap Kota Gaza dan sekitarnya.
Adapun serangan tersebut sudah memakan banyak korban jiwa. Pada Hari Selasa lalu, pengeboman udara di pintu masuk bangunan sekolah yang jadi tempat pengungsian membunuh sekurang-kurangnya 31 orang, termasuk 8 anak-anak.
IDF menyatakan akan meninjau laporan-laporan kejadian di mana warga sipil menjadi korban. Bangunan-bangunan mereka menjadi sasaran target karena Israel meyakini tempat-tempat itu jadi persinggahan pejuang, polisi, dan politisi Hamas.
Petinggi IDF, Letnan Jenderal (Letjen) Herzi Halevi, mengatakan pasukannya beroperasi untuk meningkatkan tekanan terhadap Hamas. “Kami akan terus beroperasi untuk membawa para sandera pulang,” katanya.
Akan tetapi, banyak warga Palestina di Kota Gaza yang tidak mengikuti perintah Israel. Banyak warga yang menganggap sudah tidak ada tempat aman lagi di Jalur Gaza yang dilanda perang.
Selain itu, mereka juga tidak percaya dengan koridor-koridor pengungsian aman yang telah ditetapkan oleh Israel.
Harapan gencatan senjata menyusut
Dilansir dari The Guardian, serangan Israel dipercaya bertujuan meningkatkan tekanan terhadap Hamas dalam perundingan gencatan senjata.
Minggu ini, Hamas dan Israel dijadwalkan berbicara di Doha dan Kairo. Pertemuan itu merupakan hasil dari mediasi yang dilakukan oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat (AS). Dan akan diikuti oleh Direktur Central Intelligence Agency (CIA), Wiliam Burns dan Kepala Mossad, David Barnea.
Seorang sumber dari Mesir mengatakan kepada kantor berita al-Qahera bahwa sudah ada kesepakatan dalam banyak hal antara Israel dan Hamas.
Tapi dengan adanya serangan Israel baru-baru ini, pembicaraan untuk menyepakati gencatan senjata antara Israel dan Hamas menjadi terancam.
Hamas menuding Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, sengaja ingin menyabotase pembicaraan mengenai gencatan senjata.
Netanyahu sendiri menyampaikan kepada perwakilan AS bahwa ia berkomitmen mengadakan gencatan senjata di Jalur Gaza asalkan ‘garis merah’ Israel dalam perundingan itu dihormati.
Baca juga: Oposisi Israel Desak Netanyahu Setujui Gencatan Senjata dengan Hamas