5 months ago
9 mins read

Budi Arie Setiadi: ‘Sang Pembisik’

Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi. (Foto: Totalpolitik.com)

JAKARTA – Kedekatan sosok satu ini dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak diragukan lagi. Ia bahkan kerap disebut-sebut sebagai ‘Pembisik Presiden’ oleh sebagian kalangan tertentu.

Ketua Umum Projo sekaligus Menteri Komunikasi dan Informatika ini termasuk orang yang menjadi jembatan penghubung antara Jokowi dan Ketum Gerindra, Prabowo Subianto, dalam kontestasi Pilpres 2024.

Budi Arie, demikian ia biasa disapa, telah dua kali mengantarkan Jokowi sebagai presiden. Ia juga mengantarkan mantan Walikota Solo itu sebagai Gubernur DKI Jakarta sebelum menduduki kursi Istana.

Kini ia tak hanya dekat dengan Jokowi, tapi juga dengan Prabowo. Organisasi Projo yang ia pimpin termasuk dalam barisan relawan yang turut memenangkan pasangan capres-cawapres, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada pemilu lalu.

Kepada Totalpolitik.com, Budi Arie bertutur tentang perjalanan Projo dalam mengawal Jokowi dan Prabowo sebagai pemimpin tertinggi di negeri ini.

Bisa diceritakan bagaimana sejarah pembentukan Projo?

Projo (Pro Jokowi) lahir dari gerakan rakyat, yang menekuni lahirnya pemimpin rakyat. Itu muncul setelah Pak Jokowi terpilih sebagai Gubernur pada 2012. Pak Jokowi jadi Gubernur, terus muncullah ide, bagaimana kalau Pak Jokowi jadi Presiden saja. Jadi kita melihat keinginan rakyat. Projo ini kan relawan berkesadaran penuh, bahwa pemimpin rakyat harus dilahirkan. Dan itu adalah pesan-pesan Pak Jokowi. Karena itulah Projo berdiri. Dan terus  mengorganisir rakyat untuk mendukung pencalonan Pak Jokowi.

Kenapa harus Pak Jokowi?

Justru kita ini merasa bahwa Indonesia perlu kepemimpinan baru yang mau sepenuh hati berpikir, bergerak, dan bertindak untuk rakyat. Nah, itu adalah landasannya Pak Jokowi. Kita lihat dari sepak terjang Pak Jokowi selama jadi Walikota, jadi Gubernur DKI. Karena itulah kita ingin mendorong Pak Jokowi untuk menjadi pemimpin nasional, dalam hal ini Presiden Republik Indonesia.

Lantas apa yang dilakukan Projo untuk mewujudkan hal itu?

Ya, kita sama-sama. Walaupun kita juga bergerak, waktu itu kan ‘Projo’ singkatan dari ‘Pro Jokowi’, cuma sekarang seharusnya disingkat ‘Projo’ saja. Projo itu kalau Bahasa Sansekerta artinya ‘negeri’. KalauBahasa Jawa Kawi artinya ‘rakyat’. Jadi Projo itu, kaum Projo itu orang yang mencintai negeri dan rakyatnya.

Apa yang menarik dari sosok Pak Jokowi?

Ya Pak Jokowi ini kan membawa langgam politik baru di Indonesia. Bahwa pemimpin yang serius, berpikir, dan bertindak untuk rakyat pasti ada di hatinya rakyat. Nah, Pak Jokowi mencerna itu. Hampir 10 tahun ini kan Pak Jokowi serius ngurus rakyat. Pak Jokowi adalah figur yang mencintai bangsa, mencintai rakyat.

Apa yang dilakukan Projo untuk menggalang dukungan?

Kita mengorganisir diri. Kita membentuk DPD-DPD di seluruh Indonesia, DPC-DPC di seluruh Indonesia. Projo ada di seluruh Indonesia. Kekuatan kita di akar rumput, di grass root.

Berapa anggota Projo hingga saat ini?

Ya, kita jutaan. Cuma kan kita nggak pernah ngomong gitu. Tapi bahwa kami ini, aspirasi kita ini dari akar rumput. Karena buat kami, Projo itu identik dengan rakyatnya sendiri.

Ketika membentuk Projo dan menginformasikan ke Pak Jokowi, bagaimana respons beliau pada awalnya?

Ya, Pak Jokowi waktu itu kan memang dikehendaki rakyat untuk menjadi Presiden Republik Indonesia. Ya, bagian dari gerakan rakyat untuk mendukung pemimpin rakyat. Dan kita kan mendukung tanpa pamrih. Saya nggak minta apa-apa dari Pak Jokowi untuk mendukung Jokowi sebagai Presiden. Ya, Presiden dua periode itu bagian dari sejarah kitalah.

Selanjutnya: Projo dan PDI-P

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

Menkominfo: AS Berkomitmen Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Digital di Indonesia

JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat melalui Duta Besar Amerika Serikat

Penasihat Prabowo dan Menkominfo Bicara Empat Mata Soal Ekonomi Digital

JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia 2003-2008 dan Ketua Dewan Pakar TKN