6 months ago
1 min read

Partai Arab Galang Persatuan untuk Kemerdekaan Indonesia

Pengurus PAI pada 1993. (Foto: Web)

JAKARTA – Didorong oleh kakek dari Anies Baswedan, Abdurrahman Baswedan, Partai Arab Indonesia (PAI) didirikan pada 1937. Pendirian itu dilakukan di Kota Semarang, tempat yang melimpah dengan aktivisme politik sejak zaman penjajahan Belanda.

Para pendirinya didorong oleh keinginan peranakan-peranakan Arab di belakang mereka untuk menyatakan tanah air Indonesia.

Dengan didirikannya wadah politik yang secara khusus menaungi keturunan-keturunan Arab di Indonesia, PAI bertujuan untuk memperbaiki keadaan peranakan Arab di Indonesia di bidang sosial, politik, ekonomi, dan pendidikan.

Kemudian, partai tersebut juga bertujuan untuk mempererat hubungan antara orang-orang peranakan dengan sesamanya dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Tentu saja, kewajiban menyiarkan agama Islam tidak luput dari pendirian PAI. Seperti tertulis dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) PAI, “Menyiarkan agama Islam atau membantu segala usaha dan memerangi sebisa-bisanya hal-hal yang bertentangan dengan pengajaran dan larangan Islam.”

Berdirinya PAI tidak bisa dipisahkan dengan kejadian yang mendahuluinya, yaitu diucapkannya Sumpah Pemuda Keturunan Arab-Indonesia dipimpin oleh Abdurrahman Baswedan di Semarang pada 1934.

Sebagai kelanjutan dari Sumpah Pemuda pada 1928, ‘sumpah pemuda’ keturunan-keturunan Arab tersebut mendeklarasikan mereka bertanah air Indonesia, perlu meninggalkan isolasi dari kelompok-kelompok masyarakat lainnya, dan harus memenuhi kewajibannya terhadap tanah air dan bangsa Indonesia.

Didirikannya PAI merupakan puncak dari proses bangunnya kesadaran peranakan-peranakan Arab sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang sedang memperjuangkan kemerdekaannya.

Sebagai pembuktian mereka terhadap sejarah pergerakan nasional, PAI bergabung dengan Gabungan Politik Indonesia (GAPI), organisasi yang menaungi perkumpulan dan partai-partai politik nasionalis sepanjang 1939-1940.

PAI juga diterima menjadi anggota Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI). Sebuah federasi dari partai-partai dan perkumpulan-perkumpulan beraliran Islam pada saat itu.

Dengan bergabungnya dengan GAPI dan MIAI, serta terlibat dalam usaha-usaha kemerdekaan Indonesia, PAI menghayati aspirasinya untuk menjadi kekuatan nasionalis di antara orang-orang peranakan Arab yang tinggal sebelum era kemerdekaan.* (Bayu Muhammad)

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

‘Anies Tidak Jadi Maju Bukan Karena Ridwan Kamil’

JAKARTA – Mantan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Daerah

Megawati Tak Setuju dengan Sosok Anies

JAKARTA – Pemimpin Redaksi IDN Times, Uni Lubis, menilai kalau