JAKARTA – Pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jusuf Wanandi berkisah tentang Presiden Soekarno yang tiap hari mengumpulkan orang untuk sarapan pagi bersama.
“Saya banyak mendapat dan memetik pengalaman dari Bung Karno, yaitu waktu makan pagi dengan Beliau,” tutur pria yang karib disapa Pak JW ini.
Setiap pagi, lanjut JW, sekitar pukul 09.00 WIB di Istana Bogor, Bung Karno keluar dari ruangan mengenakan kaos oblong dan celana pendek. “Lalu dia mulai ngomong aja. Dia kayak Raja Jawa lama (saat) berhubungan dengan orang-orang di sekitarnya,” ungkapnya di Total Politik.
“Bung Karno begitu, dan apa yang diomongkan Bung Karno itu seenaknya saja. Mungkin dia percaya bahwa yang datang itu semua pro dia. Tapi pada pokoknya, semua rahasia dikeluarkan saja,” ungkap JW.
Kadang, kata JW, Bung Karno mulai mengadu domba orang-orang yang hadir ini. Misalnya, pada suatu waktu, dia bilang pada Jenderal S Parman yang waktu itu Asisten Intel AD.
“Eh, you ndak tahu. Nih kemarin ini, Njoto (pentolan PKI) ada di sini. Njoto ini bilang kamu (S Parman) CIA,” kata si Bung Besar sebagaimana dituturkan JW.
Terang saja jantung S Parman itu hampir copot mendengar kata-kata itu. Degup jantung S Parman, kata JW, seperti kedengaran jelas. “Jadi begitulah, banyak pertemuan dengan Bung Karno. Saya banyak belajar,” ujarnya.
“Kenapa? Karena semua orang yang datang ini lapor sama Bapak (Bung Karno). Mau begini, mau begitu. Ada yang cerita tentang dia punya masalah. Omar Dhani (Panglima AU) datang, cerita mengenai urusan yang diperlukan. Angkata Kelima atau apalah,” kata dia.
“Tapi yang penting adalah pertemuan itu untuk melihat siapa yang betul-betul dekat dengan Bung Karno. Orang-orang ini yang biasa diundang ke Bogor tiap Sabtu malam untuk ikut menari lenso,” tandas JW.
Mau tahu lebih jelas dan lengkap? Simak di siniar Total Politik:
