6 months ago
3 mins read

Hasan Nasbi (1): Lelaki di Balik Layar

Pendiri Cyrus Network, Hasan Nasbi. (Foto: Totalpolitik.com)

JAKARTA – Sosok pria yang satu ini sangat dikenal di kalangan politisi, pejabat negara ataupun orang-orang yang terlibat di dunia politik.

Sebagai salah satu konsultan politik, reputasinya cukup paten dijadikan rujukan sejumlah kaum Politician. Ia telah banyak memenangkan tokoh dalam kontestasi politik di negeri ini, salah satunya Presiden Joko Widodo aka Jokowi.

Hasan Nasbi, pendiri lembaga survei Cyrus Network ini dilahirkan di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 1979. Alumnus Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) ini sempat berkarier sebagai jurnalis di sebuah media besar di Tanah Air.

Ia lantas menjadi peneliti Pusat Kajian Politik UI, lalu mendirikan Cyrus Network dengan sejumlah rekan sejawatnya. Lelaki ini mungkin termasuk orang pertama yang memviralkan taruhan di dunia politik.

Saat itu, ia dan kawannya, Sunny Tanuwidjaja, bersepakat ‘berbagi hadiah’ mobil Alphard terkait tiket capres Anies Baswedan di Pemilu 2024. Hasan tidak yakin Anies bakal mendapat tiket, sedangkan Sunny sebaliknya.

Pada akhirnya, Hasan harus merelakan satu Alphard-nya mendarat di garasi rumah Sunny. Namun, ia tak kecewa. “Saya memang kehilangan satu Alphard, tapi mendapat pengganti yang lebih besar,” ujarnya saat menerima Totalpolitik.com di kantornya yang nyaman di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Berikut perbincangan santai dengan Hasan di ruangan kantornya yang terbilang sederhana.

Beberapa orang menyebut Anda juga sebagai sosok di balik kemenangan Prabowo-Gibran dalam Pilpres 2024 ini, tanggapan Anda?

Itu kadang-kadang persepsi, kadang juga mitos, kadang-kadang kita biarin saja. Tapi sebenarnya kalau mau jujur, semua perhelatan itu kerja banyak orang. Itu catatan penting. Mungkin nggak cuma ratusan orang, tapi kerja ribuan orang. Bahkan, mungkin kerja puluhan ribu orang.

Nah, di antara orang-orang yang kerja ini, ada yang ketangkep kamera, ada yang nggak. Kebetulan kita kebagian yang ketangkep kamera gitu, jadi terlihat. Ini yang membedakan.

Misalnya, ada ibu-ibu yang mengasuh majelis taklim. Mungkin dia punya jamaah ratusan orang, ada yang ribuan, ada yang puluhan ribu. Mungkin juga dia secara aktif di luar pengajian itu mengorganisir dukungan untuk Pak Prabowo, misalnya. Kan sumbangsih dia besar. Berperan, tapi mungkin nggak tertangkap kamera. Iya, kan?

Termasuk tokoh masyarakat juga?

Ada mungkin tokoh yang tokoh di desa, yang didengarkan oleh orang desanya. Sesepuh desa mungkin yang dijadikan tempat bertanya orang desa. “Pilihan pilpres siapa, Mbah? Siapa Kyai? Pilihan pilpres siapa,Pak?” Dan mungkin dia meyakinkan banyak orang.

Dan bisa jadi, orang yang dia yakinkan dengan yang saya yakinkan, mungkin sama banyaknya. Cuma dia nggak ketangkap kamera, saya ketangkap kamera. Sehingga, misalnya orang berkata, “Oh, ini orang-orang yang berperan di balik ini. Ada si A, si B, si C.” Yang ketangkap kamera. Yang nggak ketangkap kamera mungkin ada ribuan. Lebih banyak lagi.

Anda merasa risih dengan pujian orang?

Makanya, setiap kali orang ngucapin, ‘selamat ya, Mas,’ saya merasa saya diucapin selamat kenapa? Karena saya ketangkap kamera, dapat spotlight. Sementara orang lain yang nggak dapat sorotan kamera, mereka juga pahlawan tanpa tanda jasa. Yang layak juga disebut sebagai orang di balik kemenangan Prabowo-Gibran, misalnya.

Termasuk saat memenangkan Jokowi di Pilkada DKI?

Dulu juga di balik Jokowi (menang di) DKI juga begitu. Di balik kemenangan Jokowi dalam Pemilu 2014 dan 2019 juga begitu. Beda nasib saja sebenarnya. Tapi kalau peran, ya sama. Makanya, saya setiap diucapin selamat saya bilang, “Itu selamat buat kita semua.” Kalau dia bilang hebat, itu hebat buat kita semua. Karena kita semua yang memenangkan itu.

Makanya, saya nggak terlalu suka lihat ada orang yang kemudian kayak tampil seolah dirinya berperan besar. Okelah misalnya, kita ada di bagian tim resmi. Tapi tim-tim yang nggak resmi itu juga perannya luar biasa. Makanya, penghargaan buat kita semua. Kita udah tertangkap kamera itu, udah syukurlah. Masa masih butuh penghargaan? Masih butuh klaim? Butuh apa segala macam?

Bukan sok-sokan, tapi memang nggak pantas kita ngaku bilang berperan. Makanya setiap orang kirim video, ‘Ini sosok di balik ini, sosok di balik kemenangan,’ nggak. Kita ngerasa kita itu salah satu dari ribuan pilar. Yang menopang kemenangannya (Prabowo-Gibran) gitu. Ada yang bilang sosok kunci. Makanya, saya bilang kita nggak bisa bilang satu orang menjadi kunci. Ini didobrak sama-sama kok.

Kalau kita ngerubuhin sebuah benteng, bukan satu dua orang buka kunci pintu benteng dan kemudian orang lain bisa masuk. Nggak, ini didobrak ramai-ramai kok. Dan di tengah jalan itu, mungkin ada yang berguguran.

Ada yang ketimpa. Ada yang sakitlah. Ada yang meninggal. Ada yang kecelakaan. Ada yang berguguran. Ketika kita sama-sama mendobrak benteng, itu supaya bisa menang. Jadi kira-kira filosofi kita kayak gitu. Bukan soal-soal sok bijak ini!

Beberapa orang juga menahbiskan Anda sebagai sosok bertangan dingin yang memenangkan sejumlah tokoh dalam kontestasi politik, benarkah demikian?

Mungkin bukan karena soal tangan dingin, tapi kita membaca data. Walaupun sebenarnya nggak harus selalu dengan membaca data itu sudah pasti menang, nggak. Kita membaca orang ini punya peluang besar untuk menang.

Ketika saya dukung Pak Jokowi tahun 2012, Pak Jokowi ketinggalan dari Foke jauh. Tapi kita bisa membaca data bahwa Pak Jokowi punya peluang untuk menang. Pada 2014 itu imbang antara Pak Jokowi dengan Pak Prabowo. Tapi terus terang, waktu itu rising star-nya Pak Jokowi.

Pada 2024 itu, saya sudah panggil anak-anak kantor itu Bulan Januari. Saya sudah ngasih tahu Bang Dasco, presiden berikutnya itu Prabowo Subianto itu Bulan Januari 2023. Sementara hasil surveinya masih nomor dua. Hasil survei tiga nama masih nomor dua.

Kita membaca data kayak gitu. Jadi kalau tangan dingin, bukan tangan dingin saya. Ini tangan dingin banyak orang. Itu kan soal membaca data. Kita baca data pakai perasaan atau nggak. Kayak gitu aja. Jadi, kalau mau disederhanakan, saya berdiri di tempat yang tepat aja untuk Pilpres. (bersambung)

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

Pemerintah Jokowi Bagi Jutaan Sertifikat Tanah per Tahun

JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku pihaknya telah membagikan

Hibah dan Kerja Sama Perusahaan Internasional Mengalir ke Otoritas IKN

JAKARTA – Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Otorita Ibu Kota Negara