JAKARTA – Petinggi Uni Emirat Arab (UEA), Lana Nusseibeh, menyerukan kehadiran ‘internasional’ di Jalur Gaza setelah perang berakhir.
Dalam artikelnya di Financial Times, Nusseibeh yang merupakan mantan Duta Besar (Dubes) UEA untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), meminta komunitas internasional untuk menanggapi krisis kemanusiaan, menegakkan hukum dan keteraturan, membangun dasar pemerintahan, dan akhirnya menyatukan Jalur Gaza dan Tepi Barat kembali.
“Misi internasional sementara yang berfokus pada empat prioritas ini dapat menjadi bagian penting dari strategi yang lebih luas untuk membantu rakyat Palestina mencapai aspirasi nasional mereka yang sah untuk bernegara melalui negosiasi yang bermakna,” katanya.
Untuk melakukan itu, dibutuhkan kehadiran komunitas internasional secara sementara di Jalur Gaza nantinya.
Amerika Serikat (AS) sedang membuat rencana untuk keamanan Jalur Gaza pascaperang. Dan mereka tidak sendiri dalam hal ini. Seorang petinggi AS mengatakan kepada Middle East Eye bahwa Bahrain sudah menyatakan ketersediaannya untuk mengirimkan personel polisi dan keamanannya ke Jalur Gaza.
Akan tetapi, Nusseibeh mengatakan kehadiran komunitas internasional itu juga bersyarat. Wacana itu hanya bisa diwujudkan kalau Otoritas Palestina (PA) memberikan undangan secara resmi.
Ia juga mengatakan undangan tersebut harus diberikan oleh Perdana Menteri (PM), alias kepemimpinan Palestina, yang baru.
“Hal ini harus datang dari pemerintahan yang dipimpin oleh perdana menteri baru yang berdaya, kredibel dan independen, siap melakukan reformasi yang diperlukan untuk meningkatkan tata kelola pemerintahan bagi seluruh rakyat Palestina dan mampu mengambil tanggung jawab untuk membangun kembali Gaza,” sambungnya.
‘Palestina dan Israel ingin damai’
Seruan tersebut datang menyusul laporan kalau kepemimpinan UEA ragu dengan kemampuan PA mengadakan reformasi di Palestina.
Pada Bulan April lalu, pertemuan antara Menteri Luar Negeri (Menlu) UEA, Abdullah bin Zayed al-Nahyan dengan petinggi Palestina, Hussein al-Sheikh, dilaporkan berubah menjadi ajang saling adu teriakan.
Adapun al-Sheikh sendiri merupakan Deputi Presiden Palestina, Mahmoud Abbas. Abdullah dilaporkan telah mencela kepemimpinan Palestina sebagai ‘Ali Baba dan 40 pencuri’.
Nusseibeh kemudian mengatakan upaya untuk menghadirkan komunitas internasional yang bekerja memperbaiki keadaan di Palestina akan sulit.
“Kami tahu bahwa memajukan upaya tersebut akan sangat sulit. Namun, dari pengalaman panjang kami dalam konflik ini, kami yakin bahwa sebagian besar warga Israel dan Palestina mendambakan perdamaian,” jelasnya.
Tapi Nusseibeh juga yakin kalau upaya tersebut bisa mengakhiri konflik Israel-Palestina. Dan mewujudkan impian baik warga Palestina maupun Israel akan perdamaian.
“Kami percaya bahwa misi stabilisasi dan pemulihan ini adalah jalan keluar dari konflik dan mewujudkan kerinduan tersebut,” tandasnya.* (Bayu Muhammad)
Baca juga: Puluhan Warga Palestina Tewas Dibom Israel