JAKARTA – Founder Kolaborasi Jakarta, Andi Sinulingga, berbicara mengenai pentingnya komunikasi dalam kepemimpinan. Hal itu disampaikan dalam acara bertajuk “Pasangan ‘ANIMASI’ Apakah Mungkin Terjadi di Pilkada Jakarta?” di Total Politik, Senin (8/7/2024).
Mulanya, Andi menyebut beberapa proyek waduk yang sempat terhambat pada masa kepemimpinan gubernur-gubernur sebelum Anies Baswedan. Masalah tersebut bisa diatasi Anies berkat kemampuan komunikasinya yang baik.
“Mas Anies, zaman Anies, era Anies itu, Waduk Wirajasa, Waduk Brigif, Waduk Lebak Bulus, Waduk Pondok Ranggon, yang tidak bisa dieksekusi oleh Pak Jokowi, tidak bisa dieksekusi oleh Pak Ahok, bahkan dengan Pak Djarot, itu dieksekusi dengan Anies dengan baik,. Meminta warga dengan baik-baik itu komunikasi,” katanya.
Andi mengatakan bahwa komunikasi merupakan faktor yang penting dalam memimpin. Komunikasi yang baik merupakan bentuk penghargaan terhadap warga sebagai pihak yang dilayani oleh pemerintah.
“Karena problem komunikasi itu penting sekali tuh. Nah di kita ini karena kesadaran penghargaan terhadap warga itu rendah. Jadi pejabat-pejabat kita itu, dia tidak menghargai warganya, bentuk tidak menghargai itu dia berkata-kata sembarangan dengan warganya,” sambungnya.
Anies sendiri memilih untuk berkata-kata untuk menjaga perasaan warga. Tapi upayanya malah dianggap negatif oleh beberapa pihak.
“Jadi Anies yang berkata-kata, dipilih kata-kata sebagus mungkin supaya orang tidak tersinggung, supaya bisa ketemu poinnya gitu. Itu dianggap pintar merangkai kata-kata, dianggap negatif. Padahal, itu bentuk seorang pemimpin menghargai warganya,” ujar Andi.
‘Jangan sembarangan’
Menurut Andi, seorang pejabat merupakan pelayan publik. Dan mereka harus menghormati publik. Salah satunya adalah dengan bertutur kata yang santun.
“Yang saya mau katakan adalah supaya komunikasi kita dengan warga kita, pejabat itu kan pelayan publik. Orang yang dilayaninya ini yang berdaulat, hargailah warga yang berdaulat ini,” ujarnya.
“Dengan cara apa? Ya, ngomong dengan bagus, dengan santun. Ngomong yang punya nilai, yang punya value, ngomong yang produktif. Jangan ngomong yang sembarangan. Ini prinsip dasar dalam kepemimpinan yang selama ini menurut saya diabaikan,” lanjutnya.
Ia mencontohkan praktik komunikasi yang baik sehingga membantu upaya Anies melakukan integrasi sistem transportasi di Jakarta dahulu.
Pekerja di bidang transportasi publik merupakan pribadi-pribadi yang tangguh. Sebelumnya, sifat tersebut menjadi batu ganjalan dalam upaya melakukan integrasi transportasi.
“Itu yang membuat contohnya misalnya, saya katakan lagi, integrasi moda transportasi. Yang ada dalam dunia transportasi itu orang-orang keras semua, orang-orang pasaran. Bawa angkot, bawa Metromini, bawa Kopaja. Itu nggak gampang membuat mereka itu mau kerja sama, sehingga moda transportasi ini terintegrasi. Coba kita lihat, bagaimana proses di zaman gubernur sebelumnya,” katanya.
Anies menghadapi rintangan tersebut dengan berkomunikasi. Melalui cara itu, ia berhasil meyakinkan para pekerja transportasi publik untuk melakukan integrasi.
“Tapi di era Anies, orang-orang keras ini itu bisa diajak bicara, apalagi angkot itu. Sehingga kita tidak melihat lagi angkot berkejar-kejaran. Diajak bicara, disampaikan, supaya orang ngerti bahwa caranya begini. Ini kepentingan masyarakat, ini kepentingan anda, bisnis Anda, ini kepentingan pemerintah. Jadi jelas itu semua dikomunikasikan,” tandas Andi.* (Bayu Muhammad)
Baca juga: Muncul Wacana Anies-Andika, Puan: Menarik