1 year ago
1 min read

Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. (Foto: Skynews)

JAKARTA – Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, membubarkan kabinet perang yang pernah ia buat bersama dengan politisi oposisi, Benny Gantz, untuk mengawasi dan mengatur perang di Jalur Gaza.

Netanyahu menyebut kabinet perang itu dibentuk menyusul Gantz dan partainya masuk ke dalam koalisi darurat setelah Hamas menyerbu Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.

Juru Bicara (Jubir) kantor PM, David Mencer menjelaskan kehadiran kabinet perang itu merupakan prasyarat bagi Gantz untuk masuk ke dalam koalisi darurat.

Sehingga, dengan keluarnya Gantz dari sana beberapa waktu lalu, kabinet perang tersebut tidak lagi diperlukan.

“Jadi, dengan keluarnya Gantz dari pemerintahan, maka tidak diperlukan lagi kabinet. Tugasnya akan diambil alih oleh kabinet keamanan,” katanya.

Beberapa waktu lalu, Gantz keluar dari kabinet perang dan koalisi darurat bersama dengan Netanyahu karena berbeda visi soal perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.

Menurut Gantz, langkah-langkah Netanyahu terkait Jalur Gaza hanya memperlama perang. Ia juga menuding sang PM melakukan itu untuk kepentingan politiknya sendiri.

“Netanyahu sedang mencegah kita untuk mencapai kemenangan sesungguhnya,” katanya dalam pidato pengunduran diri.

Ia juga meminta Netanyahu untuk mengumumkan tanggal pemilihan umum (pemilu) di Israel. “Jangan biarkan negara kita terpecah belah,” lanjutnya.

Gantz keluar dengan seorang pengamat dalam kabinet perang Netanyahu, Gadi Eisenkot.

Dengan keluarnya Gantz beserta orang-orang lainnya, Netanyahu kini membubarkan kabinet perang dan ke depannya akan berkonsultasi dengan sekelompok kecil menteri-menterinya.

Sekelompok kecil itu termasuk Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Yoav Gallant dan Menteri Urusan Strategis, Ron Dermer yang ada di kabinet perang sebelumnya.

Netanyahu kembali menguat

Beberapa pihak membaca langkah Netanyahu sebagai upaya untuk memperkuat posisinya. Hal itu juga dilakukan untuk mencegah sekutu-sekutu sayap kanan Netanyahu mendapatkan kursi di kabinet perang.

Setelah keluarnya Gantz, Menteri Keamanan Dalam Negeri, Itamar Ben-Gvir, membidik posisi Gantz. Kini, kesempatan itu telah sirna.

Langkah tersebut juga dilihat sebagai tanda Netanyahu kembali mendapatkan rasa percaya diri setelah hasil jajak pendapatnya naik.

Pada saat yang bersamaan, Amerika Serikat (AS) menekan Netanyahu untuk terus memelihara kabinet perangnya. Mereka percaya kabinet tersebut mendatangkan moderasi terhadap kebijakan-kebijakan Netanyahu.

Bukan menjadi rahasia lagi, Netanyahu kerap berseberangan dengan pimpinan-pimpinan militer di negaranya soal visi dan strategi perang Israel di Jalur Gaza.

Salah satunya, Netanyahu berselisih dengan Gantz yang merupakan mantan petinggi militer. Gantz mengutamakan gencatan senjata dalam rangka membebaskan sandera, alih-alih melanjutkan perang di Jalur Gaza.

Di hadapan kabinetnya, Netanyahu menyatakan pemerintah kadang-kadang harus membuat keputusan yang tidak bisa diterima oleh pimpinan-pimpinan militer.

Akan tetapi, ia menekankan kalau Israel adalah negara yang memiliki militer, di mana militer diharuskan tunduk kepada pimpinan sipil, bukan sebaliknya.

“Kami punya negara dengan tentara dan bukan tentara dengan negara,” katanya.* (Bayu Muhammad)

Baca juga:

Anggota Kabinet Perang Netanyahu Mundur

Israel Umumkan ‘Jeda Taktis’ di Gaza

Sayap Kanan Israel Tolak Kesepakatan Pembebasan Sandera

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

Menakar Implikasi Perang Israel-Iran

JAKARTA -Situasi geopolitik Timur Tengah memanas setelah pecah perang terbuka

Duka Cita PP Muhammadiyah atas Kematian Yahya Sinwar

JAKARTA – Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah menyampaikan rasa duka cita
toto slot situs togel situs togel
toto slot
slot88
situs totositus totositus totojakartaslot88