JAKARTA – Wasekjen Partai Demokrat Jansen Sitindaon tak lolos lagi ke Senayan dalam Pileg 2024 lalu. Ini adalah kegagalan keduanya dalam kontestasi pileg, di mana pada 2019 lalu ia juga gagal jadi anggota dewan.
Padahal, Jansen mengaku telah memasang 12 ribuan alat peraga kampanye (APK) beragam jenis di dapilnya, Dapil III Sumatera Utara.
Ia mengaku melakukan itu semua, memasang belasan ribu APK agar dikenal publik lebih luas lagi. Namun, ia tak menyangka jika politik uang yang terjadi saat itu begitu parah.
“Aku masih mendatangi pileg kemarin dengan pendekatan klasik. Artinya, APK-nisasi untuk memberitahukan kembali masyarakat di dapilku kalau aku nyaleg. Aku juga buat banyak pertemuan dengan warga. Kita pidato, menyampaikan visi-misi dan lain-lain,” tuturnya.
“Faktanya tidak laku. Karena kemarin memang politik uangnya luar biasa. Ugal-ugalan,” lanjutnya.
Makanya, kata Jansen, sebanyak 90 persen caleg terpilih di pemilu kemarin, itu karena politik uang. “Aku tidak ragu mengatakan itu,” tegasnya. “Yang sudah ngasih uang, tapi tidak dipilih, itu lebih banyak lagi.”
Jadi, lanjut Jansen, mereka yang terpilih ini pun jadi korban sistem yang kemarin. Nggak usah kita berpikir terlalu jauh, karena dia menghabiskan banyak uang maka dia akan korupsi, itu terlalu jauh. Terlalu su’udzon.
“Paling minimum sudah nggak jelas memikirkan rakyatlah. Dia juga manusia normal seperti kita. Gimana aku ngembalikan uangku puluhan miliar kemarin, pasti itu,” kata Jansen.
Simak dialog menarik Total Politik bersama Jansen Sitindaon dan Ruhut Sitompul di sini: