JAKARTA – Beberapa negara Eropa diperkirakan memberikan pengakuan resmi terhadap negara Palestina dalam waktu dekat. Hal itu disampaikan oleh kepala bidang kebijakan luar negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell.
Pernyataan tersebut disampaikan Borrell di sela-sela Forum Ekonomi Dunia (WEC) akhir pekan lalu. Adapun negara-negara yang dimaksud oleh Borrell adalah Spanyol, Irlandia, Belgia, Slovenia, dan Malta.
Pakar Hubungan Internasional (HI) Universitas Padjadjaran (Unpad), Teuku Rezasyah, menilai pengakuan beberapa negara Eropa didorong oleh alasan kepentingan pragmatis dan situasi geopolitik dunia.
“Pragmatisme, karena negara-negara Eropa sudah menyadari suasana kebatinan di Dewan Keamanan PBB dan Majelis Umum PBB, yang sudah bulat dan memberat pada kemerdekaan Palestina,” katanya saat diwawancara Totalpolitik.com, Selasa (30/4/2024).
Kemudian, tuntutan masyarakat di masing-masing negara tersebut agar pemerintahannya lebih tanggap terhadap penderitaan rakyat Palestina juga menjadi bahan pertimbangan.
“Kekhawatiran akan surutnya kredibilitas pemerintah negara-negara Eropa di dalam negeri mereka sendiri. Karena saat ini, masyarakat luas di Eropa sudah semakin menyadari betapa hipokritnya pemerintah mereka selama ini,” jelasnya.
Dengan adanya pengakuan dari beberapa negara Eropa terhadap kedaulatannya, Teuku memprediksi posisi Palestina akan menguat ketika berunding dengan Israel ke depannya.
“Setidaknya pengakuan dari Eropa tersebut dapat menjadi penguat bagi Palestina untuk menekan Israel guna menuju perundingan yang adil, bermartabat, dan berjangka panjang,” ujar Teuku.
Namun, hal itu juga mendatangkan permasalahan tersendiri bagi negara-negara Eropa. Pasalnya, ada beberapa negara yang berbeda pandangan mengenai konflik Israel-Palestina. “Keadaan ini tentunya akan dibahas pada tingkatan Uni Eropa,” katanya.
Salah satunya adalah Jerman yang sikapnya terhadap konflik Israel-Palestina terus dibayang-bayangi oleh kejahatan mereka pernah melakukan holocaust terhadap orang-orang Yahudi saat Perang Dunia II.
“Jerman sudah lama ditekan secara psikologis sebagai negara yang telah memusnahkan sebagian besar masyarakat Yahudi selama Perang Dunia II,” terang Teuku.
“Karena itulah, Jerman selama ini sedikit lunak dalam menyikapi betapa biadab dan brutal perilaku Israel atas wilayah yang dikuasainya dengan paksa,” sambungnya.
Teuku menilai negara-negara Eropa harus melakukan konsultasi internal terlebih dahulu. Apalagi, mereka perlu bersatu untuk menjadi kekuatan yang konstruktif dalam menentukan masa depan Palestina.* (Bayu Muhammad)