6 months ago
1 min read

Salah Peta di Paris-Dakar

JAKARTA – Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari, mengatakan, cara publik melihat Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto saat ini berbeda dengan yang dulu.

“Mas Hasto ‘terkubur’ pada 2024. Pada 2014 dan 2019 Beliau bersinar. Kita objektif saja. Pada 2014 dan 2019 PDI-P menang, suara naik, pilpres juga menang. Tapi tahun ini kan pilpres kalah dengan sangat telak,” beber pria yang biasa disapa Mr Q ini. 

Mr Q menuturkan, dirinya melihat joke yang menyebutkan Ganjar Pranowo mirip dengan token listrik. Makin kecil, makin berisik.

“Menurut saya, pada hari ini yang mirip token listrik bukan Mas Ganjar, tapi Mas Hasto. Mas Hasto mirip token listrik, makin kecil makin berisik,” tandas Mr Q sembari mengumbar tawa khasnya.

Buktinya, lanjut Mr Q, jelang sidang Mahkamah Konstitusi (MK), Hasto kan makin banyak muncul. Ia sempat menyamakan Gibran dengan sopir truk yang menabrak mobil di gerbang tol Halim, Jakarta. 

“(Hasto sebut Gibran) khilaf dan belum cukup umur, tidak punya kedewasaan. Saya melihat dalam konteks kali ini yang lebih mirip sopir truk itu adalah Mas Hasto. Mas Hasto nggak cukup umur. Hahahaha,” timpa Mr Q, lagi-lagi dengan tawanya yang gimana gitu.

Hasto, sebut Mr Q, belum cukup umur untuk menavigasi politik Indonesia, belum cukup umur dalam menavigasi PDI-P. 

“Buktinya PDI-P ‘nabrak’ dan terguling… sementara Gibran yang dituding mirip sopir truk malah sukses dan menang dengan telak. Samsul bukan ‘asam sulfat’, tapi ‘makin sulit disusul’!”

Analogi lain dari Pilpres 2024 ini, lanjut Mr Q, adalah reli Paris-Dakar. Ini kan reli terhebat di dunia. Karena jaraknya jauh, menantang, dan menempuh padang pasir. 

Mr Q melihat Hasto sebagai sopir yang tidak bisa baca peta. Makanya dia mempertanyakan lisensi Hasto untuk mengemudikan mobil dalam reli Paris-Dakar Pemilu 2024 ini.  

“Kenapa? Karena hasilnya babak belur. Suara PDI-P turun. Mas Ganjar (capres) juga kalah dengan sangat telak. Jika kita kembalikan ke analogi reli, sebetulnya dalam reli ini, target Mas Hasto itu Paris-Dakar tapi nyasarnya ke Kairo. Hahahaha.” 

“Kalau udah nyasar ke Kairo, boro-boro menang. Nyampainya aja salah. Bagaimana ceritanya dia bisa jadi juara?”

Jadi, ia menegaskan, bicara tentang Hasto sebagai seorang pembalap dalam reli Paris-Dakar. “Boro-boro jadi juara, yang ada malah nyasar ke Kairo. Begitu dia nyasar, dia malah menyalahkan pembalap lain!”

“Padahal, dia yang gagal melakukan navigasi. Dia yang tak mampu membaca peta, tak mampu baca rute, dan tak mampu hadapi dinamika di lapangan… orang reli Paris-Dakar, dia Paris-Kairo!” tandas Mr Q dengan gelak tawanya.* 

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

‘Banyak Tokoh Naik Private Jet’

JAKARTA – Founder Indo Barometer, Muhammad Qodari, mengatakan ada banyak

‘Good News Gus Ipul Jadi Mensos’

JAKARTA – Founder Indo Barometer, Muhammad Qodari, menyambut baik pengangkatan