JAKARTA – Pendiri Inisiatif Sabri & Saudara (ISS), Miftah Sabri, menyampaikan pandangannya terkait tantangan kualitas kepemimpinan politik di Indonesia pasca-reformasi.
Menurutnya, dibandingkan sektor pasar dan masyarakat sipil, kualitas pendidikan dan kompetensi di kalangan elite politik masih tertinggal, meskipun mereka memiliki kewenangan besar.
“Kalau kita lihat di sektor market dan civil society, orang-orangnya sudah canggih, pendidikannya tinggi, sertifikasinya lengkap. Tapi di politik sebaliknya. Kualitas edukasi, training, dan kompetensi politisi ini jauh tertinggal, padahal mereka punya kewenangan yang sangat tinggi,” katanya di Total Politik.
Ia membandingkan situasi ini dengan era pra-kemerdekaan, saat tokoh seperti Bung Karno dan Mitro Kahin yang terdidik di luar negeri, memegang peran besar dalam perumusan kebijakan nasional.
“Generasi Pak Mitro di tahun 1940-an, mereka belajar di Belanda, merumuskan pemikiran-pemikiran untuk pergerakan kala itu. Mereka memang yang bermain di wilayah kebijakan, the grade A pada masa itu,” ujarnya.
“Sekarang, kita harus introspeksi, apakah yang bermain di politik hari ini memang grade A generasinya?” sambungnya.
Miftah juga mengajak peningkatan kompetensi politisi untuk menghadapi tantangan zaman dan memanfaatkan kewenangan dengan bijak, demi memperbaiki kualitas demokrasi Indonesia.*