JAKARTA – Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, berbicara soal membedakan apa yang disebut kritik dengan apa yang disebut disinformasi, fitnah, dan kebencian (DFK).
Menurutnya, komentar-komentar yang mengganggu kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah bukan merupakan kritik ataupun pro-kontra.
“Dan saya juga bilang sama teman-teman pelan-pelan, kita menyebutnya di kantor PCO. Kita merumuskan yang membuat jadi terganggu trust terhadap pemerintah itu bukan kritik, bukan pro-kontra,” katanya dalam Total Politik.
Bagi Hasan, kritik merupakan sesuatu yang sehat, bersama dengan pro-kontra. Ia membuat sehat sistem pemerintahan. Akan tetapi, DFK ibarat racun yang bisa membuat bangsa Indonesia sakit.
“Kritik itu sehat sekali. Jadi, itu kayak obatlah. Pahit tapi badan kita jadi sehat. Kayak jamulah, pahit tapi buat badan kita sehat. Kritik (dan) pro-kontra itu sehat. Tapi ada juga yang jadi masalah itu DFK kita sebut, (yaitu) disinformasi, fitnah, kebencian. Nah, ini menyenangkan ini tapi racun,” sambungnya.
Salah satu contoh dari DFK adalah ketika pernyataan-pernyataan pejabat dipelintir oleh media sehingga memberikan informasi yang salah kepada publik.
Menurut Hasan, disinformasi seperti itu merupakan racun bagi masyarakat. Sehingga, hal tersebut perlu dihindari.
“Itu membuat terganggu emosi orang yang baca maupun orang yang dijadikan berita. Itu toxic tuh, racun tuh buat bangsa kita, bukan kritik itu. Nah, ini harus dihindarkan,” lanjutnya.*