JAKARTA – Dilansir dari The Guardian, calon presiden (Capres) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali mengundang kontroversi setelah mengatakan warga di negaranya tidak lagi perlu mengadakan pemilihan umum (pemilu) ke depannya setelah ia terpilih.
Dalam pidatonya di hadapan kelompok Kristen sayap-kanan, Turning Point Action, di West Palm Beach, Florida, ia menyerukan kepada pendengarnya untuk memilih sekali lagi ini saja. Dan mereka tidak akan perlu melakukannya lagi pada masa depan.
“Umat Kristiani, keluarlah dan pilihlah! Kali ini saja. Anda tidak perlu melakukannya lagi,” kata Trump.
Trump mengatakan semuanya akan diatur sedemikian rupa sehingga para pendengarnya tidak perlu lagi melakukan pemilu nantinya.
“Kamu tahu apa? Ini akan diatur! Semua akan baik-baik saja. Anda tidak perlu memilih lagi, umat Kristiani yang terkasih,” sambungnya.
Kemudian, Trump kembali meminta agar para pendengar memilihnya sekali lagi. Dan dalam waktu empat tahun ke depan, yaitu siklus pemilu di AS, mereka tidak harus masuk ke bilik suara untuk memilih presidennya.
“Aku mencintaimu. Keluar. Anda harus keluar dan memilih. Dalam empat tahun, Anda tidak perlu memilih lagi. Kami akan memperbaikinya dengan baik, Anda tidak perlu memilih,” tegasnya.
‘Trump ingin akhiri demokrasi’
Pernyataan Trump langsung disambut oleh kecaman dari berbagai pihak. Salah satunya datang dari pengacara konstitusional dan hak-hak sipil, Andrew Seidel, yang mengatakan bahwa Trump ingin mengakhiri demokrasi di AS.
“Ini bukanlah nasionalisme Kristen yang halus. Dia berbicara tentang mengakhiri demokrasi kita dan mendirikan negara Kristen,” ujar Seidel di akun X-nya.
Sementara itu, komentator hukum dari kantor berita NBC, Katie Phang, mengatakan Trump tidak akan meninggalkan Gedung Putih kalau terpilih lagi.
“Dengan kata lain, Trump tidak akan pernah meninggalkan Gedung Putih jika ia terpilih kembali,” katanya.
Berbagai ahli memperingatkan publik untuk menganggap serius pernyataan-pernyataan Trump yang seperti itu.
Seorang komentator politik yang beraliran liberal, Keith Olbermann, mengatakan Trump baru saja membatalkan Pemilu AS 2024. “Oh. Trump baru saja membatalkan pemilu 2028,” serunya.
Kemudian, direktur komunikasi untuk Anggota Senat AS dari Partai Demokrat, Martin Heinrich, mengatakan komentar tersebutlah yang berkali-kali mereka maksud dari Trump adalah ancaman terhadap demokrasi.
“Ketika kami mengatakan Trump adalah ancaman terhadap demokrasi, sebenarnya itulah yang sedang kami bicarakan,” ucapnya.* (Bayu Muhammad)
Baca juga: Kamala Harris Tidak akan Diam soal Perang di Gaza