7 months ago
1 min read

Survei Litbang Kompas Unggulkan Anies, Pengamat: Keadaan Masih Cair

Mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan saat menghadiri halalbihalal Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) Jakarta Utara. (Foto: Akun X Anies Baswedan)

JAKARTA – Survei Litbang Kompas yang mengukur elektabilitas nama-nama tokoh menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Daerah Khusus Jakarta (DKJ) 2024 sudah keluar dengan hasil yang mengunggulkan mantan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan.

Anies Baswedan memiliki elektabilitas sebesar 29,8 persen. Ia kemudian disusul oleh Basuki Tjahaja Purnama. Pria yang kerap disapa Ahok itu mendapatkan angka 20,0 persen. Dan di posisi ketiga ada mantan Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan  Kamil (RK) yang memperoleh angka 8,5 persen.

Adapun Ketua Umum (Ketum) Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep sendiri mendapatkan elektabilitas sebesar 1,0 persen. Bersamaan dengan Penjabat (PJ) Gubernur DKJ, Heru Budi Hartono yang juga memiliki elektabilitas 1,0 persen.

Menakar kekuatan para kontestan

Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin, mengatakan situasinya masih dinamis. Dan segala kemungkinan masih bisa terjadi.

“Kalau saya melihat masih cair, masih dinamis ya. Karena di politik itu tidak ada angka yang pasti, bukan matematik, segala kemungkinan bisa terjadi gitu. Kalau kita lihat dari survei Litbang Kompas itu, maka bisa terbaca bahwa tadi, semua kemungkinan bisa terjadi,” katanya, Rabu (17/7/2024).

Menurut Ujang, ada beberapa faktor yang akan menghantarkan seorang kandidat menuju kemenangan dalam Pilgub Jakarta 2024 mendatang.

“Jadi ya kalau prinsip kemenangannya tetap ada empat hal yang sering saya katakan. Popularitas, elektabilitas, ‘isi tas’, dan acceptability,” jelasnya.

Mengenai elektabilitas Anies, lanjut Ujang, kansnya menang masih tergantung kepada beberapa faktor, mulai dari siapa yang menjadi pasangannya sampai dengan siapa lawannya. Anies berpotensi tidak menjadi juara kalau lawannya ternyata bisa memompa elektabilitasnya sebelum pemilihan umum (pemilu) diadakan nantinya.

“Ya sebenarnya belum tentu juga. Tergantung siapa pasangannya, tergantung siapa partai koalisinya, dan tergantung siapa lawannya. Kan ini masih ada berapa bulan hingga 27 November pas pencoblosan. Jadi semuanya bisa berubah. Potensi Anies menang tinggi karena incumbent. Tapi tergantung dari lawannya, bisa menaikkan elektabilitas atau tidak,” ujarnya.

Sementara itu, kemungkinan Ahok maju dibayang-bayangi oleh kasus hukum yang pernah menimpanya dahulu. Pilihan mungkin jatuh kepada Andika Perkasa. Tapi ia masih harus ditanyakan mengenai ketersediaannya.

“Soal Ahok saya sih melihat susah, berat, sulit, karena pernah punya kasus, pernah punya masalah pidana. Sehingga, PDIP tidak akan mau. Andika mungkin cocok, mungkin bisa didorong. Tetapi apakah Andikanya mau?” kata Ujang.

Kemudian, Ujang menilai survei Litbang Kompas terkini bisa jadi bahan pertimbangan kembali mendorong RK maju di Jakarta.

Tapi langkah tersebut harus memerhatikan berbagai data survei yang akan diperoleh pada waktu-waktu berikutnya sebelum hari pemilihan.

“Harus dilihat juga survei sebelum pendaftaran. Nanti juga akan terpotret, apakah survei ini ke depan masih sama, apakah ada perubahan. Itu kan harus dilihat sebagai bagian daripada tadi ya, melihat konfigurasi pasangan calon, elektabilitas calon berdasarkan pada survei yang objektif,” terangnya mengenai kans RK maju di Jakarta.* (Bayu Muhammad)

Baca juga: Zulhas: RK Sudah Fokus di Jabar

 

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

Si Doel Jadi Wakil Gubernur

JAKARTA – Rano Karno merupakan salah satu tokoh Betawi yang

Zulfan Lindan: Pramono Anung Sudah Punya Basis Suara Solid

JAKARTA – Politisi Senior, Zulfan Lindan, menyoroti strategi politik yang