JAKARTA – Dilansir dari Times of Israel, beberapa pejabat mengungkapkan bahwa Mesir dan Uni Emirat Arab (UEA) siap untuk terlibat dalam membentuk pasukan keamanan di Jalur Gaza pasca-perang.
Akan tetapi, dua negara Arab tersebut memberikan persyaratan untuk keterlibatan mereka, yaitu inisiatif tersebut dikaitkan dengan pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat di kemudian hari.
Sumber yang familiar dengan isu tersebut juga mengungkapkan kalau Mesir meminta agar Israel menarik mundur pasukannya dari Jalur Gaza secara penuh.
Masalahnya, permintaan-permintaan tersebut bertolak belakang dengan sikap Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, yang tidak menginginkan terbentuknya negara Palestina.
Netanyahu juga sudah berjanji untuk mengendalikan keamanan di Jalur Gaza pasca-perang untuk mencegah Hamas muncul kembali.
Sementara itu, UEA sendiri meminta keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam membentuk pasukan keamanan pasca-perang di Jalur Gaza.
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS, Antony Blinken, mengatakan negaranya akan membantu upaya pembentukan dan pelatihan pasukan keamanan di Jalur Gaza. Akan tetapi, AS tidak akan mengirimkan pasukannya sendiri.
Hasil diplomasi Amerika
AS telah berupaya menggalang dukungan dari sekutu-sekutunya di kawasan Timur Tengah untuk inisiatif mereka mengatur keadaan di Jalur Gaza pasca-perang.
Dalam perjalanan Blinken ke Qatar, Mesir, Israel, dan Yordania beberapa waktu lalu, ia telah menginformasikan berbagai pihak kalau AS sudah mengalami kemajuan dalam hal itu. Blinken mengaku telah mendapatkan dukungan dari Mesir dan UEA.
Sementara itu, ia juga bertemu dengan pihak-pihak Arab Saudi, Otoritas Palestina (PA), Maroko, Bahrain, Turki, Indonesia, dan lain-lain untuk mengumpulkan dukungan internasional terhadap upaya melakukan stabilisasi di Jalur Gaza setelah perang berakhir.
Juru Bicara (Jubir) Kemenlu AS menyatakan sedang membahas rencana untuk Jalur Gaza pasca-perang dengan pihak PA.
“Kami melanjutkan diskusi dengan PA, mitra-mitra utama, dan Israel tentang perencanaan hari setelahnya (perang berakhir), yang mencakup pemerintahan, keamanan, dan rekonstruksi,” katanya.
Menurutnya, rencana untuk Jalur Gaza pasca-perang sangat penting. Hal itu akan menjadi landasan membangun perdamaian yang lebih stabil ke depannya.
“Rencana hari setelah (perang berakhir) untuk Gaza akan menjadi kunci untuk mengakhiri konflik secara abadi, tapi juga mengubah akhir peperangan menjadi perdamaian yang adil dan tahan lama, dan menggunakan perdamaian itu sebagai fondasi untuk membangun kawasan yang lebih terintegrasi, lebih stabil, dan lebih sejahtera,” jelasnya.* (Bayu Muhammad)
Baca juga:
Warga Israel Dipaksa Ikut Wajib Militer
Kematian Mengintai Jurnalis di Jalur Gaza
Menteri Israel Mau Kuasai Penuh Tepi Barat