3 months ago
3 mins read

Sukarno Bawa Indonesia Seberangi Jembatan Emas Kemerdekaan

Pidato Ir Sukarno di sidang BPUPKI. (Foto: ANRI)

JAKARTA – Ketika Sukarno berpidato soal Pancasila Bulan Juni 1945 lalu, ia juga membahas perihal waktu yang tepat untuk bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya.

Dan menurutnya kemerdekaan itu bagaikan suatu ‘jembatan emas’ yang harus dibangun secepat-cepatnya untuk berikutnya dilakukan perbaikan-perbaikan atas kondisi hidup rakyat.

Beberapa waktu sebelum Sukarno berpidato di sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK), beberapa tokoh lainnya, seperti Mohammad Yamin dan Soepomo terlebih dahulu berbicara soal kenegaraan dan kebangsaan.

Akan tetapi, Sukarno mendapatkan kesan pembicaraan-pembicaraan tersebut menjadikan isu kemerdekaan Indonesia menjadi ‘njelimet.’

“Saya banyak khawatir, kalau-kalau banyak anggota yang—saya katakan di dalam bahasa asing, ma’afkan perkataan ini—’zwaarwichtig’ akan perkara yang kecil-kecil. ‘Zwaarwichtig’ sampai kata orang Jawa ‘njelimet.’

Menurut Sukarno, para anggota sidang BPUPK baru akan berani menyatakan kemerdekaan Indonesia jika hal-hal yang menyangkut rincian sudah diatasi.

“Jikalau sudah membicarakan hal yang kecil-kecil sampai njelimet, barulah mereka berani menyatakan kemerdekaan.”

Jangan ‘njelimet’

Sukarno memberikan contoh sejarah pendirian beberapa negara, yaitu Arab Saudi dan Uni Soviet.

Ia tidak melihat pemimpin kedua negara merepotkan diri dengan hal-hal yang rinci sebelum mendirikan negara mereka.

Seperti di Arab Saudi, Ibnu Saud mendirikan negaranya di tengah-tengah keadaan banyak rakyatnya belum menguasai teknologi.

“Maka saya bertanya kepada tuan-tuan sekalian kenapa Saudi Arabia merdeka, padahal 80% dari rakyatnya terdiri kaum Badui, yang sama sekali tidak mengerti hal ini atau itu,” katanya.

Bahkan, kebanyakan rakyat Arab Saudi dahulu belum mengetahui kalau kendaraan otomotif memerlukan bensin untuk beroperasi. Ironis untuk negara yang kini dikenal sebagai produsen dan eksportir minyak bumi.

“Di situ ternyata, bahwa tatkala Ibnu Saud mendirikan pemerintahan Saudi Arabia, rakyat Arabia sebagian besar belum mengetahui bahwa otomobil perlu minum bensin. Pada suatu hari otomobil Ibnu Saud dikasih makan gandum oleh orang-orang Badui di Saudi Arabia itu!” lanjutnya.

Akan tetapi, negara Arab Saudi tetap didirikan kendati segala kekurangan yang masih dialami oleh rakyatnya.

Kemudian, Sukarno mencontohkan Uni Soviet yang rakyatnya masih belum cerdas ketika didirikan.

“Lihatlah pula—jikalau tuan-tuan kehendaki contoh yang lebih hebat—Soviet Rusia! Pada masa Lenin mendirikan Negara Soviet, adakah rakyat soviet sudah cerdas? Seratus lima puluh milyun rakyat Rusia, adalah rakyat Musyik yang lebih dari pada 80% tidak dapat membaca dan menulis; bahkan dari buku-buku yang terkenal dari Leo Tolstoi dan Fulop Miller,” jelasnya.

Akan tetapi, pendiri Uni Soviet, salah satunya adalah Lenin, memutuskan untuk tetap mendirikan negaranya.

“Tuan-tuan mengetahui betapa keadaan rakyat Soviet Rusia pada waktu Lenin mendirikan negara Soviet itu. Dan kita sekarang disini mau mendirikan negara Indonesia merdeka,” lanjutnya.

Merefleksikan sejarah pendirian negara-negara tersebut, Sukarno meramal Indonesia tidak akan mendapatkan kemerdekaannya jika terus mengurus hal-hal yang ‘njelimet,’ alih-alih mengambil langkah yang berani.

“Kalau benar semua hal ini harus diselesaikan lebih dulu, sampai njelimet, maka saya tidak akan mengalami Indonesia Merdeka, tuan tidak akan mengalami Indonesia merdeka, kita semuanya tidak akan mengalami Indonesia merdeka, sampai di lobang kubur!” tekannya.

Jembatan emas kemerdekaan

Sukarno melihat kemerdekaan sebagai jembatan emas. Dan jembatan emas tersebut haruslah dilewati terlebih dahulu untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di kemudian hari.

Ia mengulangi pernyataannya dalam karangan berjudul ‘Mencapai Indonesia Merdeka’. “Bahwasannya, kemerdekaan, politieke onafhankelijkheid, political independence, tak lain dan tak bukan, ialah satu jembatan emas. Saya katakan di dalam kitab itu, bahwa di seberangnya jembatan itulah kita sempurnakan kita punya masyarakat.”

Seperti di Arab Saudi, Ibnu Saud mendirikan terlebih dahulu negaranya, sebagai jembatan emas untuk memperbaiki kehidupan rakyatnya pada masa setelahnya.

“Ibnu Saud mendirikan Saudi Arabia merdeka di satu malam sesudah ia masuk Kota Riyad dengan 6 orang! Sesudah “jembatan” itu diletakkan oleh Ibnu saud, maka di seberang jembatan, artinya kemudian dari pada itu, Ibnu Saud barulah mengubah masyarakat Saudi Arabia,” katanya.

Setelah negara Arab Saudi itu berdiri, baru pemerintah mengatur perbaikan di berbagai lini kehidupan masyarakatnya.

“Orang tidak dapat membaca diwajibkan belajar membaca, orang yang tadinya bergelandangan sebagai nomade yaitu orang badui, diberi pelajaran oleh Ibnu Saud jangan bergelandangan, dikasih tempat untuk bercocok-tanam. Nomade dirubah oleh Ibnu Saud menjadi kaum tani, semuanya diseberang jembatan,” jelasnya.

Begitu pula perubahan dalam kondisi hidup rakyat terjadi di Uni Soviet. Kemajuan rakyatnya baru diupayakan setelah negara itu didirikan.

“Di seberang jembatan emas yang diadakan oleh Lenin itulah, Lenin baru mengadakan radio-station, baru mengadakan sekolahan, baru mengadakan Creche, baru mengadakan Djnepprostoff!” terangnya.

Adapun Djnepporstoff merupakan bendungan besar di Sungai Dnepr yang dibangun oleh Uni Soviet setelah didirikan oleh Vladimir Lenin dan rekan-rekannya.

Oleh karena itu, Sukarno meminta kepada hadirin sidang BPUPK tidak gentar untuk pertama-tama menyatakan kemerdekaan Indonesia.

Sukarno meminta agar mereka yang hadir tidak khawatir dengan keadaan yang berkekurangan. Ia meminta agar mereka tidak berpikir untuk mengatasi hal-hal yang njelimet terlebih dahulu sebelum merdeka.

“Maka oleh karena itu, saya minta kepada tuan-tuan sekalian, janganlah tuan-tuan gentar di dalam hati. Janganlah mengingat bahwa ini dan itu lebih dulu harus selesai dengan njelimet, dan kalau sudah selesai, baru kita dapat merdeka,” ujarnya.

Berbekal kekuatan dari pemuda yang 2 miliar jumlahnya, Sukarno menyeru agar para hadirin punya semangat untuk memerdekakan Indonesia secepat-cepatnya.

“Alangkah berlainannnya tuan-tuan punya semangat, jikalau tuan-tuan demikian, dengan semangat pemuda-pemuda kita yang 2 milyun banyaknya. Dua milyun pemuda ini menyampaikan seruan pada saya, dua milyun pemuda ini semua berhasrat Indonesia merdeka sekarang!” katanya.* (Bayu Muhammad)

Baca juga:

Kelahiran Putra Sang Fajar

Gali Dasar Negara, Bung Karno Temukan Pancasila

Sukarno Memilih antara Nasionalisme dan Agama

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

Penjelasan Sukarno tentang Peristiwa Gerakan 30 September

JAKARTA – Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) merupakan kejadian yang

Bung Karno dan Rehabiitasi Sejarah

JAKARTA – Peristiwa krusial Pencabutan TAP MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 pada