4 months ago
6 mins read

Momentum Bersejarah di Jalur Gaza

Peresmian RS Indonesia di Jalur Gaza, Palestina. (Foto: Dok. MER-C)

Selain ruang operasi dan laboratorium, ruang Intensive Care Unit (ICU) RS Indonesia yang berkapasitas 10 tempat tidur juga fully equipped. Masing-masing tempat tidur dilengkapi dengan patient monitor system dan ventilator yang memungkinkan setiap pasien ICU mendapatkan penanganan medis terbaik.

Ruangan yang juga penting untuk penegakan diagnosis trauma yang tajam dan akurat adalah ruangan radiologi. Ruangan ini juga dilengkapi peralatan modern CT Scan 128 slices multipurpose yang memiliki kecepatan dan resolusi tinggi serta mesin X-Ray dengan RF system atau fluoroscopy. Selain itu, tersedia juga mesin USG dengan kelebihan 3D system buatan Phillips.

Lebih lanjut, RS Indonesia juga dilengkapi dengan bank darah yang modern, central sterile yang fully automatic sterilizing system dengan kapasitas yang cukup untuk mendukung aktivitas empat ruang operasi.

Untuk pasca pemulihan, RS Indonesia memiliki ruang fisioterapi dengan peralatan modern dan lengkap buatan Enraff, Belanda yang terdiri dari 13 unit.

Kisah bangunan segi delapan

Berawal dari agresi Israel 2008-2009, Tim Medis MER-C untuk pertama kalinya akhirnya dapat menginjakkan kaki di wilayah terblokade Jalur Gaza, Palestina. Selama ini, wilayah tersebut sulit untuk ditembus.

Melihat langsung situasi Gaza yang porak-poranda dan banyaknya korban yang membutuhkan penanganan medis, MER-C menilai adanya kebutuhan akan sebuah rumah sakit yang khusus menangani korban perang.

Donasi cukup besar yang mengalir dari rakyat Indonesia melalui MER-C, makin mengukuhkan niat untuk dapat memberikan bantuan jangka panjang bagi rakyat Palestina di Gaza. Bentuknya, sebuah rumah sakit yang kemudian diberi nama RS Indonesia.

Berbekal donasi awal yang terkumpul dari rakyat Indonesia sebesar Rp 15 miliar, Tim MER-C yang dipimpin dr Joserizal Jurnalis bertemu dengan Menteri Kesehatan Palestina di Gaza dr Bassim Naim, Jumat 23 Januari 2009 silam.

Joserizal, sebagai perwakilan rakyat Indonesia, mengutarakan niat untuk membangun sebuah rumah sakit traumatologi dan rehabilitasi di Gaza. Niat ini disambut baik oleh Bassim Naim. Dan dalam pertemuan itu, MoU pembangunan RS Indonesia segera disusun dan diteken.

Menyadari Gaza adalah wilayah blokade yang sulit ditembus, MER-C langsung menugaskan relawannya, yang tergabung dalam Tim Kedua untuk menetap di Gaza, menindaklanjuti rencana pembangunan RS Indonesia.

Tim Kedua yang dipimpin dr Arief Rachman menetap hingga lebih dari tiga bulan untuk melakukan survei ke rumah sakit-rumah sakit di Gaza. Selain itu, tim ini juga melakukan survei lokasi tanah dan berkoordinasi dengan pejabat dan kementerian terkait di Palestina.

Tugas panjang selama tiga bulan di Gaza, hingga Mei 2009, membuahkan hasil manis. Perdana Menteri Palestina di Gaza kala itu, Ismail Haniya, memberikan tanah wakaf seluas 1,6 hektare untuk lokasi pembangunan RS Indonesia.

Lokasi tanah ini berada di Distrik Bait Lahiya, Gaza utara. Berjarak sekitar 2,5 kilometer dari perbatasan Israel, wilayah ini merupakan tempat korban perang terbanyak di kawasan utara Gaza.

“Ikhtiar-ikhtiar tak kenal lelah untuk masuk ke Gaza, dengan mengirimkan relawan insinyur untuk menindaklanjuti program ini terus dilakukan. Sejak Mei 2009, baru pada Juli 2010, Tim MER-C bisa kembali menembus Gaza,” tutur Joserizal.

“Sejak itu pula, para relawan mendedikasikan diri untuk terlibat dalam jihad profesional pembangunan RS Indonesia. Mereka dengan sukarela bertugas secara rotasi dan berkesinambungan untuk mengerjakan tahapan demi tahapan pembangunan RS,” lanjutnya.

Menurut Joserizal, tak mudah melakukan pembangunan di wilayah yang terblokade. Selain proses yang panjang dan lama, kendala yang dihadapi juga beragam. Ditambah lagi, Israel beberapa kali menjatuhkan bom di sekitar lokasi RS Indonesia saat menggempur Gaza beberapa waktu lalu.

Dimulai pada 14 Mei 2011, dengan segala kendala dan lika-liku yang dihadapi, akhirnya RS Indonesia selesai dalam waktu sekitar 3,5 tahun. Pengadaan alat kesehatan juga berhasil dipenuhi, yang memakan waktu satu tahun sampai dengan Juni 2015.

“Sebuah mimpi yang menjadi nyata, desain bangunan berbentuk segi delapan yang semula hanya di atas kertas, kini telah berdiri dengan indah dan megah di bumi Gaza, Palestina. Semua dapat terwujud atas izin dan pertolongan-Nya,” kata Joserizal.

“Ini juga menjadi bukti bagi kita. Bahwa dengan dukungan dan persatuan rakyat Indonesia, baik yang mendedikasikan dirinya menjadi relawan, yang menyisihkan rezekinya dan menyelipkan doa bagi kelancaran pembangunan ini, menjadi sebuah kekuatan dahsyat yang dapat mewujudkan mimpi ini,” ia menambahkan.

“Terima kasih dan selamat kami ucapkan kepada seluruh rakyat Indonesia dengan terwujudnya RS Indonesia. Semoga menjadi amal baik yang terus mengalir bagi semua yang terlibat,” pungkasnya.*

Baca juga:

Perjalanan Menembus Gaza

‘Santa’ dari al-Arish

Di Gaza Mereka Terdera

Dari Indonesia untuk Gaza

Beban Duka di Jabaliya

Sang Penjahat Perang

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

Warga Israel Mengaku Tak Dilukai Hamas Selama Disandera

JAKARTA – Noa Argamani, yang dibebaskan dari penyanderaan Hamas di

Hamas Kirim Delegasi Gencatan Senjata ke Mesir

JAKARTA – Hamas telah mengirimkan perwakilan mereka untuk mendalami kemajuan