4 months ago
5 mins read

Di Gaza Mereka Terdera  

Seorang lelaki tua berjalan di depan reruntuhan puing-puing bangunan di Kota Gaza. (Foto: Dok. Chairul Akhmad)

Kebutuhan vital yang terbatas

Selain susah mendapatkan kebutuhan hidup sehari-hari, warga Gaza juga sangat kesulitan dalam mendapatkan akses listrik, air bersih dan bahan bakar. Pemerintah Israel sangat ketat dalam mengontrol pemakaian listrik dan bahan bakar. Seluruh wilayah Palestina, baik di Jalur Gaza atau Tepi Barat mendapatkan pasokan listrik dan bahan bakar dari Israel.

Tiap hari terjadi pemadaman bergilir di seluruh Gaza. Dalam sehari saja, bisa terjadi dua hingga tiga kali pemadaman. Oleh sebab itu, rata-rata perumahan di Gaza atau kompleks pertokoan, menyiapkan genset (generator disel) untuk berjaga-jaga.

Apalagi saat ini musim panas. Selain untuk penerangan, listrik juga menjadi kebutuhan penting untuk menyalakan rice cooker, penyejuk ruangan ataupun kipas angin.

Pasokan bahan bakar, terutama solar dan bensin, ke tiap SPBU (Stasiun Pengisisan Bahan Bakar Umum) juga digilir dan dibatasi. Inilah yang menyebabkan kelangkaan bahan bakar. Sementara pasokan bahan bakar lewat Mesir melalui terowongan tidak seberapa besar dan tidak mencukupi kebutuhan.

Warga yang memiliki kendaraan pribadi atau mobil memilih berhemat dengan memarkirkan kendaraannya di rumah. Beberapa pom bensin di Kota Gaza bagaikan bangunan tak bertuan karena tidak beroperasi lagi.

Blokade tak berperikemanusiaan ini telah memenjarakan dan membunuh warga Gaza secara perlahan. Semua kebutuhan hidup mereka terbatas, sebagaimana terbatasnya kebebasan mereka untuk bergerak.

“Yang kami inginkan adalah penghentian blokade. Dengan demikian, kami bisa melanjutkan hidup dan mencari nafkah dengan normal, sebagaimana yang dilakukan orang-orang di luar Gaza,” kata Yazid getir.

Warga Gaza yang pernah mendekam 13 tahun di penjara Israel ini meminta PBB menekan Israel menghentikan blokade.

“Sudah tiga tahun lebih kami terbelenggu. Tak usahlah berharap membelenggu Israel dengan cara yang sama sebagaimana mereka memperlakukan kami. Kita hanya ingin pintu perbatasan dibuka. Itu saja!” tandasnya.

Sebuah harapan sederhana dari orang-orang yang menggantungkan hidup pada lubang-lubang terowongan.*

Selanjutnya: Dari Indonesia untuk Gaza

Salah satu terowongan di Rafah, Jalur Gaza. (Foto: Dok. Chairul Akhmad)

Baca juga: 

Perjalanan Menembus Gaza

‘Santa’ dari al-Arish

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

Warga Israel Mengaku Tak Dilukai Hamas Selama Disandera

JAKARTA – Noa Argamani, yang dibebaskan dari penyanderaan Hamas di

Hamas Kirim Delegasi Gencatan Senjata ke Mesir

JAKARTA – Hamas telah mengirimkan perwakilan mereka untuk mendalami kemajuan