1 year ago
2 mins read

Belum Selesai Perang di Gaza, Israel Mau Lawan Hezbollah

Tentara Israel berlindung di sebuah underpass di Hurfeish, utara Israel, saat Hezbulloh melancarkan serangan. (Foto: Middleeasteye)

JAKARTA – Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, mengancam kelompok milisi Hezbollah dengan respons ‘sangat kuat’ setelah mereka meluncurkan roket dari Lebanon ke Israel beberapa waktu yang lalu.

Serbuan roket-roket tersebut mengakibatkan kebakaran lahan yang diperparah oleh hembusan angin kering yang kencang.

Netanyahu menyatakan Israel siap untuk memberikan balasan yang kuat dalam rangka memulihkan keamanan di kawasan yang terkena serangan roket-roket Hezbollah.

“Siapa pun yang berpikir kalau mereka bisa melukai kita dan kita akan duduk diam salah besar. Kita bersiap untuk tindakan yang sangat kuat di utara. Dengan satu atau lain cara, kami akan memulihkan keamanan di utara,” ujarnya.

Kepala Staf tentara Israel (IDF), Herzi Halevi, mengatakan pihaknya siap untuk melakukan serangan terhadap Hezbollah di Lebanon.

“Kita mendekati titik di mana kita harus mengambil keputusan. IDF siap untuk melakukan serangan,” katanya.

Ancaman di utara

Akademisi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI), Shofwan Al-Banna, menjelaskan kalau Hezbollah dan milisi-milisi lainnya di Lebanon sebagai ancaman.

Adapun kemunculan-kemunculan milisi tersebut dipicu oleh serangan Israel ke Lebanon yang berujung kepada pembantaian pengungsi-pengungsi Palestina.

“Hezbollah dan Amal sendiri dulu lahir dari gempuran Israel pada milisi-milisi Palestina yang berbasis di Lebanon (tahun 1982, Israel melakukan pembantaian di kamp pengungsi Shabra-Shatila yang membunuh ribuan orang),” ujarnya ketika dihubungi oleh Totalpolitik.com, Jumat (7/6/2024).

Ketika ditanya mengenai seberapa besar ancaman Hezbollah terhadap Israel, Shofwan menjelaskan kalau mereka gagal dikalahkan oleh Israel pada tahun 2006.

Komisi Winograd di Israel yang mengevaluasi Perang Lebanon 2006 menyebut konflik tersebut sebagai ‘kesempatan yang terlewatkan’ bagi Israel. “Sebab, Israel tidak berhasil mengalahkan milisi dengan jumlah jauh lebih kecil dari pasukan yang dikerahkan,” katanya.

Menurut Shofwan, Israel sudah menunggu lama untuk membalas dendam mereka kepada Hezbollah.

Taruhan Netanyahu

Ditanya mengenai kesiapan Israel untuk memulai perang baru dengan Hezbollah, ketika perang di Jalur Gaza belum selesai, Shofwan menjawab kalau ini merupakan taruhan bagi Netanyahu.

Pasalnya, rencana Netanyahu untuk cepat-cepat mengalahkan Hamas sebelum mengalihkan perang kepada Hezbollah gagal untuk dicapai.

“Rencana awal dulu adalah Hamas tunduk dengan cepat lalu mereka bisa fokus ke utara. Tapi Hamas tidak tunduk-tunduk. Leadershipnya intact. Mayoritas terowongan juga masih intact. Karena itulah Israel melakukan pemboman brutal dan kelaparan supaya masyarakat sipil menderita dan mendesak Hamas untuk tunduk,” jelasnya.

Situasi yang dihadapi Netanyahu menjadi semakin sulit karena adanya penolakan dari partai-partai politik sayap kanan Israel terhadap gencatan senjata dengan Hamas.

“Netanyahu dalam posisi sulit krn koalisi sayap kanannya tidak menerima Israel menerima gencatan senjata dengan Hamas, tapi perkembangan di lapangan juga tidak menunjukkan bahwa tujuan operasinya di Gaza tercapai,” sambungnya.

Oleh karena itu, Shofwan merasa Israel sebenarnya berharap agar intensitas konflik di Jalur Gaza mereda.

“Israel menurunkan target dengan berharap bahwa intensitas di Gaza menurun, supaya mereka bisa fokus di utara. Hamas dan Hezbollah, di sisi lain, mencoba mendorong ini terjadi bersamaan,” ujarnya.

Shofwan menilai tentara Israel, IDF tidak sanggup untuk berperang dengan Hamas dan Hezbollah sekaligus. Sehingga, Israel mungkin mengharapkan keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam perangnya dengan Hezbollah nanti, jika terjadi.

“Kalau sendirian mungkin tidak, tapi Israel bertaruh bahwa menyeret milisi Iran akan membuat AS terlibat lebih dalam dan mengurangi tekanan untuk berbagai kejahatan yang dilakukan Israel,” kata Shofwan.

Terlebih, lolosnya undang-undang (UU) untuk memberikan sanksi kepada Mahkamah Pidana Internasional (ICC) membuat yakin pemerintah Israel akan pengaruhnya yang besar terhadap elite-elite politik AS.

“Bahwa AS meloloskan UU yang memberikan sanksi untuk para pejabat ICC kalau benar-benar menangkap Netanyahu membuat Israel yakin bahwa mereka bisa kendalikan elite AS meski tekanan publik makin kuat,” tandasnya.* (Bayu Muhammad)

Baca juga:

Hamas Stop Perundingan Hingga Israel Berhenti Menyerang

Israel Serbu Sekolah PBB di Gaza

Gaza Dilanda Kelaparan

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

Menakar Implikasi Perang Israel-Iran

JAKARTA -Situasi geopolitik Timur Tengah memanas setelah pecah perang terbuka

Duka Cita PP Muhammadiyah atas Kematian Yahya Sinwar

JAKARTA – Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah menyampaikan rasa duka cita
toto slot situs togel situs togel
toto slot
slot88
situs totositus totositus totojakartaslot88