1 year ago
2 mins read

Cerita di Balik Tenggelamnya Kapal Tampomas II

Kapal Tampomas II. (Foto: Web)

JAKARTA – Wartawan senior yang nantinya berkiprah sebagai politikus, Pandapotan Nababan pernah melakukan aksi nekat menilap berkas rahasia yang diperuntukkan kepada menteri era Orde Baru (Orba).

Kenekatan tersebut berawal dari desas-desus yang tersebar di ibu kota bahwa Kapal Tampomas II kebakaran saat berlayar menuju Ujung Pandang di Makassar.

Pada 25 Januari 1981, kapal penumpang milik Pelni itu mengalami kebakaran hingga akhirnya karam di tengah-tengah laut, sekitar 150 kilometer arah timur Pulau Masalembo dua hari kemudian, 27 Januari.

Kapal Tampomas II yang tengah kebakaran dilihat oleh Mualim I Kapal Muatan Sangihe, J. Bilalu yang sedang berlayar ke Surabaya. Ia segera memanggil Kapten Kapal Sangihe, Agus K Sumirat. Dan mereka langsung mengirimkan pesan SOS.

Pria yang kerap dipanggil Opung Panda tersebut mendengar kabar itu. Ia segera menelepon JE Habibie yang juga disapa Fanny.

Cerita ini dimuat oleh Opung Panda dalam bukunya yang berjudul Panda Nababan: Lahir Sebagai Petarung, Sebuah Otobiografi.

“Fanny, apa yang terjadi?” tanya Opung kepada orang yang sudah ia kenal lama sejak menjadi pegawai Perhubungan Laut di Tanjung Priok awal tahun 1970-an itu.

Di seberang teleponnya, Fanny menjawab, “Hei Pan, sorry. Gue lagi sibuk. Lu datang saja ke kantor nanti sore.”

Siang hari itu juga, kantor berita Opung Panda, Sinar Harapan, membentuk tim khusus untuk meliput tragedi Kapal Tampomas II.

Narasumber utamanya, Fanny yang bertanggungjawab sebagai Ketua Tim Pembelian KM Tampomas II sudah dipegang oleh Opung Panda. Sehingga, ia yakin Sinar Harapan bisa mengungguli kantor-kantor berita lainnya dalam memberitakan peristiwa yang terjadi.

Sorenya, Opung Panda meluncur ke kantor Fanny di Kantor Pelni Pusat, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Menilap dokumen rahasia

Opung Panda menunggu lama untuk bertemu dengan Fanny. Ia berpindah-pindah dari satu telepon ke yang lainnya, sehingga tidak bisa diwawancarai.

“Waduh Pan, enggak bisa sekarang wawancaranya. Lu enggak lihat gue lagi sibuk. Sore ini juga gue disuruh menghadap Presiden,” tegas Fanny.

“Kalau mau, lu ikut aja di mobil. Di mobil, kita bicara,” tawar Fanny yang kemudian diambil oleh Opung Panda.

Setelah masuk ke mobil, Opung Panda diserahkan tiga map berwarna biru. “Pegang dulu ini,” ujar Fanny.

Opung Panda mengingat Fanny menyetir mobil dengan kecepatan yang tinggi dan konsentrasi yang tak dapat diganggu.

Merasa penasaran, ia membuka map yang berisi laporan-laporan untuk Presiden Soeharto, Panglima ABRI/Pangkopkamtib Laksamana Soedomo, dan Menteri Perhubungan (Menhub) Roesmin Nurjadin, masing-masing orang satu laporan.

Karena menilai informasi-informasi dalam map tersebut penting, Opung Panda menilap lembaran yang seharusnya ditujukan kepada Roesmin.

Dengan sigap, berkas tersebut disimpan oleh Opung Panda di dalam bajunya, sehingga menyisakan dua dokumen saja di map Fanny.

Begitu tiba di depan rumah Soeharto, Fanny meminta Opung Panda untuk turun dan mengembalikan titipan-titipannya.

Ia tidak langsung pergi, karena menunggu mobil operasional dari kantor untuk menjemputnya.

Dari kejauhan, ia melihat Fanny ‘tergopoh-gopoh’ keluar rumah Soeharto dan mencari berkas yang hilang di mobilnya.

Opung Panda yang masih berada di sekitarnya langsung ditanya oleh Fanny apakah ia melihat ada kertas yang jatuh.

“Mana tahu saya? Jangan-jangan sekretarismu lupa meletakkannya,” jawab Opung Panda memasang muka yang kesal.

Mengungkap rahasia

Dalam perjalanannya balik, Opung Panda menyempatkan diri untuk membaca berkas yang telah ia tilap dari Fanny.

Isinya mengejutkan. Dokumen tersebut menjelaskan penyebab terbakarnya Kapal Tampomas II secara rinci. Tidak hanya itu, berkas itu juga menerangkan proses dari upaya pertolongan korban-korban musibah tersebut.

Malam itu juga, Opung Panda menuangkan informasi-informasi yang telah ia peroleh ke dalam berita Sinar Harapanedisi pagi yang terbit keesokan harinya.

Ternyata, Fanny membaca berita Opung Panda dan menelepon kantor redaksi Sinar Harapan untuk berbicara dengannya.

“Gila lu, Pan, ngerjain gue,” protes Fanny. Ia pun mengeluarkan cacian dan makian terhadap Opung Panda. “Guebunuh kau nanti,” ancamnya.

“Tenang, Fan, rakyat berhak tahu malapetaka ini. Sekarang juga gue balikin,” ujar Opung Panda kepada Fanny ketika diminta mengembalikan berkas yang telah ia tilap.

Opung Panda mempermasalahkan kelambanan Tim SAR dalam upayanya menyelamatkan para korban. Pasalnya, hingga keesokan harinya, 26 Januari 1981, belum ada satu pun kapal penolong yang datang.

Sementara itu, kapal-kapal penumpang dan barang yang silih berdatang tidak bisa melakukan banyak hal akibat kondisi mendung dan kabut tebal di lokasi musibah Kapal Tampomas II.

Karena respons dari Tim SAR yang dinilai lamban itulah, korban dari kebakaran Kapal Tampomas II menjadi banyak.

Namun, dalam konferensi pers 30 Januari 1981, Roesmin membantah anggapan bahwa upaya pertolongan tersebut berjalan secara amatiran.

Tapi yang jelas, musibah Kapal Tampomas II dinilai oleh Opung Panda menjadi catatan hitam dalam sejarah angkutan laut di Indonesia. “Ini skandal yang memalukan bangsa Indonesia,” tandas Opung Panda.* (Bayu Muhammad)

Baca juga:

Westerling Benci Orang Jawa

Mengenang Penerbangan Pertama Menyeberangi Samudra Atlantik

PKI Jadi Pragmatis Setelah Peristiwa Madiun 1948

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

Arti ‘Raja Jawa’ Menurut Sejarawan Ong Hok Ham

JAKARTA – Pendiri Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Pandapotan Nababan,

‘Bangsa Indonesia Harus Introspeksi’

JAKARTA – Politisi senior, Pandapotan Nababan, merasa miris dengan kondisi
toto slot situs togel situs togel
toto slot
slot88
situs totositus totositus totojakartaslot88