1 year ago
1 min read

Westerling Benci Orang Jawa

Kapten Raymond Paul Pierre Westerling. (Foto: NG)

JAKARTA – Wartawan senior, Panda Nababan, pernah mewawancarai Kapten Raymond Paul Pierre Westerling di Belanda.

Westerling mengaku benci terhadap Suku Jawa. Dan menolak untuk diwawancarai oleh pria yang kerap disapa Opung Panda jika ia berasal dari Suku Jawa.

Pengalaman mencekam itu diceritakan oleh Opung Panda dalam bukunya yang berjudul Panda Nababan: Lahir Sebagai Petarung, Sebuah Otobiografi.

“Saya menemui Westerling di rumahnya di Amsterdam. Waktu itu, usianya 60 tahun dan masih terlihat gagah. Ia tinggal bersama istri ketiganya dan seorang putri remaja belasan tahun,” kisah Opung Panda dalam bukunya.

Kepada Opung Panda, Westerling mengungkapkan kalau dirinya membenci Suku Jawa. Hal itu ada kaitannya dengan pandangan Westerling terhadap Presiden Sukarno yang dianggap bertanggung jawab membubarkan Negara Federal Pasundan dan Negara Indonesia Timur yang sempat ia dukung.

“Saya mewawancarai dia selama dua jam. Sebelum mulai wawancara, Westerling bertanya kepada saya, ‘Anda dari Suku Jawa atau bukan? Saya tidak suka bicara dengan orang Jawa. Kalau Anda orang Jawa, saya tidak mau diwawancarai,” sambung Opung mengingat ucapan Westerling kepadanya.

“Dalam pandangan Westerling, bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) identik dengan Sukarno. Karena NKRI itulah Negara Federal Pasundan dan Negara Indonesia Timur yang ia dukung menjadi gagal berdiri, karena tindakan Sukarno,” lanjutnya.

Westerling juga mengaku punya banyak kesempatan untuk membunuh Sukarno. Tapi ia mengurungkan niat tersebut karena khawatir Sukarno menjadi martir bagi kaum nasionalis.

Ia juga tidak menunjukkan rasa-rasa yang bersalah. Menurutnya, membunuh orang—termasuk warga-warga sipil yang ia bantai—merupakan bagian dari tugasnya sebagai tentara pada masa perang.

“Soal peristiwa pembantaian 40 ribu orang di Makassar itu, Westerling membantah jumlah tersebut. ‘Paling-paling yang mati hanya tiga ribu sampai empat ribu orang,” tulis Panda dalam bukunya.

Malahan, Westerling menganggap pemerintahan Belanda telah berkhianat kepadanya dan militer Belanda karena berunding di Linggarjati dan Renville ketika pasukannya menghadapi republik di medan tempur.

Ide menculik Westerling

Opung Panda juga mengajukan ide untuk menculik Westerling kepada pemerintahan Indonesia, tepatnya kepada Duta Besar (Dubes) Indonesia di Belanda, Soempono Bayuaji.

“Saya mengusulkan kepada Dubes dan kepada Atase Militer Indonesia, seorang kolonel Angkatan Laut agar Westerling diculik,” kata Opung Panda.

Ia mengaku terinspirasi oleh operasi Israel menculik penjahat-penjahat perang Jerman untuk kemudian diadili di dalam negeri.

“Saya terinspirasi dari Israel yang melakukan penculikan terhadap penjahat perangnya. Waktu itu memang sedang ramai berita keberhasilan satuan intelijen Israel, Mossad, menculik penjahat perang dari Jerman, Karl Adolf Eichmann, dan dibawa ke Israel untuk diadili,” sambungnya.

Akan tetapi, ide tersebut tidak ditindaklanjuti karena bisa merenggangkan hubungan antara Indonesia dengan Belanda.

“Wah, itu berbahaya, bisa merusak hubungan internasional. Apalagi, Belanda kan Ketua IGGI. Risikonya tinggi,” jawab sang Dubes.

Intergovernmental Group on Indonesia (IGGI) merupakan organisasi internasional bentukan Amerika Serikat (AS) dengan beberapa negara lainnya untuk mengoordinasikan pengiriman dana bantuan ke Indonesia.* (Bayu Muhammad)

Baca juga:

Dunia Hampir Kehilangan Paus Yohanes II

Pulang dari Belanda, Hatta Bikin Partai

Hitler Pilih Bunuh Diri Ketimbang Menyerah

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

Penjelasan Sukarno tentang Peristiwa Gerakan 30 September

JAKARTA – Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) merupakan kejadian yang

Arti ‘Raja Jawa’ Menurut Sejarawan Ong Hok Ham

JAKARTA – Pendiri Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Pandapotan Nababan,
toto slot situs togel situs togel
toto slot
slot88
situs totositus totositus totojakartaslot88