JAKARTA – Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian melakukan rilis Laporan Hasil Kinerja Prakerja periode waktu 2020-2023, Jakarta, Rabu (15/5/2024).
Selama periode April-Desember 2023, Prakerja melaporkan telah mengadakan pelatihan keterampilan kepada 16,5 juta angkatan kerja dari seluruh wilayah di Indonesia.
Dari pencapaian tersebut, Rapid Assessment yang dilakukan DEFINIT-ADB (2023) menemukan 83 persen penerima menyatakan Prakerja meningkatkan kompetensi, keterampilan, dan produktivitas mereka.
Selain menyerahkan Laporan Tahun 2023, acara tersebut juga menggelar diskusi publik dengan Sekretaris Kemenko Bidang Perekonomian sekaligus Sekretaris Komite Cipta Kerja Susiwijono Moegiarso, Bambang Brodjonegoro, dan Denni Puspa Purbasari.
Dalam pembicaraannya, Moegiarso mengafirmasi kesuksesan Prakerja dan rencana ke depannya untuk terus menanggapi permintaan pasar.
“Prakerja menjadi program strategis pemerintah untuk meningkatkan kompetensi angkatan kerja sekaligus mendorong penciptaan lapangan kerja. Ke depannya, Prakerja akan terus dikembangkan untuk merespons dinamika pasar kerja,” katanya.
Adapun Prakerja sendiri merupakan program pengembangan kompetensi kerja dan kewirausahan. Hal tersebut dihadirkan ke masyarakat dalam bentuk beasiswa pelatihan yang ditujukan untuk pencari kerja, pekerja/buruh yang terkena pemutusan hubungan kerja, dan pekerja atau buruh yang membutuhkan peningkatan kompetensi.
Prakerja diberikan kepada WNI berusia 18-64 tahun baik untuk upskilling dan reskilling agar mereka bisa menyesuaikan diri dengan perubahan dunia kerja.
Direktur Pemantauan dan Evaluasi Prakerja, Cahyo Prihadi, mengatakan semua orang berpeluang mengikuti Prakerja.
“Semua orang punya peluang, seperti itu, peluangnya sama. Nggak ada first in, first out,” ucapnya.
Cahyo mengungkapkan Prakerja diikuti oleh masyarakat dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari SD sampai dengan SMP.
Direktur Kemitraan, Komunikasi, dan Pengembangan Ekosistem Kartu Prakerja, Dwina M Putri, mengungkapkan pelatihan Prakerja yang paling banyak dicari adalah digital skills.
“Kalau demand-nya paling banyak di mana, mengikuti perkembangan industri pun pasti tidak jauh-jauh dari digital skills,” ujarnya.
Menurut Dwina, hal itu dikarenakan keterkaitannya dengan dunia kerja yang sekarang membutuhkan orang-orang yang menguasai digital skills.
Kini, Prakerja telah mencetak pencapaian yang membanggakan dengan menjadi panutan berbagai pihak di kancah internasional.
Country Director ADB Indonesia, Jiro Tominaga, menyebutkan Prakerja bisa digunakan sebagai benchmark negara-negara lainnya yang berkeinginan mengembangkan program pelatihan berskala besar.* (Bayu Muhammad)