1 year ago
2 mins read

Mengenang Freedom Walk Konferensi Asia-Afrika 1955

Freedom Walk Konferensi Asia Afrika Bandung. (Foto: Web)

Di sepanjang jalan itulah orang-orang berkerumun untuk melihat dan menyambut para pemimpin negara-negara Asia dan Afrika yang baru saja merdeka atau tengah memperjuangkan kemerdekaannya.

Tangan-tangan dilambaikan, dan kata ‘merdeka’ dipekikkan berulang kali. Sebagian besar perhatian kerumunan yang hadir diarahkan kepada Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Pemimpin Mesir Gamal Abdel Nasser, Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Zhou Enlai, dan Sukarno sendiri.

Bagi rakyat, mereka adalah simbol jiwa nasionalisme dan perjuangan revolusioner yang berhembus di negara-negara Asia dan Afrika. Menginspirasikan perjuangan untuk meraih kemerdekaan di tempat-tempat di mana penjajahan Barat masih ada.

Selain massa yang menjadi pemandangan, Nehru, Nasser, Zhou, Sukarno dan masih banyak pemimpin negara-negara Asia dan Afrika juga menjadi sorotan. Sepanjang perjalanan, mereka sadar menjadi perhatian massa dan menggunakan kharismanya untuk mengundang lebih banyak keramaian. Foto-fotonya masih menjadi objek visual yang menarik untuk dilihat hingga kini.

Salah satunya adalah Nehru, yang gemar melambaikan tangan ke arah massa. Kerumunan membalas sapaan Nehru itu dengan pekikan ‘merdeka!’

Peneliti Sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM) Wildan Sena Utama mengungkapkan makna yang dalam di peristiwa freedom walk itu dalam bukunya yang berjudul Konferensi Asia-Afrika 1955: Asal Usul Intelektual dan Warisannya bagi Gerakan Global Antiimperialisme.

Freedom walk itu merupakan pertunjukan visual, suatu teater diplomatik yang dimainkan oleh para negarawan Asia dan Afrika era modern. Panggungnya adalah Bandung, para pemimpin menjadi penampilnya, dan orang-orang yang berkerumun sebagai penontonnya.

“Konferensi Asia-Afrika adalah suatu ‘teater diplomatik’ di mana banyak simbol diciptakan oleh Indonesia untuk mengembuskan semangat solidaritas Asia-Afrika dan khususnya simbol nasionalisme Indonesia, seperti penamaan Gedung Merdeka dan Jalan Asia-Afrika,” tulis Wildan.

Pesan yang ingin disampaikan adalah KAA sebagai apa yang disebut Wildan sebagai ‘perjalanan ke arah kemerdekaan bagi negara-negara peserta’. Di mana kemerdekaan yang telah diraih disimbolkan dengan berakhirnya freedom walk tersebut di bangunan yang dinamakan Gedung Merdeka.

Tapi, freedom walk dan KAA tidak hanya mengenai negara-negara yang sudah berhasil meraih kemerdekaannya. Peristiwa itu juga menjadi simbol proses dekolonisasi yang masih berlangsung di negeri-negeri yang belum merdeka.* (Bayu Muhammad)

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

Alasan Teh Lia Istri Ridwan Kamil Tidak Maju Pilwalkot Bandung

JAKARTA – Calon Gubernur (Cagub) Daerah Khusus Jakarta (DKJ), Ridwan

Imperialisme Soviet Disorot di KAA 1955

JAKARTA – Ketika pemimpin-pemimpin di berbagai negara Asia dan Afrika
toto slot situs togel situs togel
toto slot
slot88