JAKARTA – Pemerintah terus menguatkan langkah untuk mencapai kedigdayaan di persaingan pasar global dengan cara hilirisasi.
Beberapa aturan sudah ditekan. Pembangunan smelter juga dipercepat. Kemudian, daya tahan industri dalam negeri dijaga.
Hilirisasi dianggap sebagai mesin pertumbuhan atau engine of growth yang memanfaatkan keunggulan komparatif Indonesia agar sejajar dengan negara-negara industri maju lainnya.
Salah satu komoditas yang dilakukan hilirisasi adalah nikel sebagai hasil tambang. Pada tahun 2023, nilai ekspor produk olahan nikel mencapai 22.37 miliar Dolar Amerika Serikat (AS).
Hal itu merupakan peningkatan dari angka 19,62 miliar Dolar AS pada tahun 2022. Dan melonjak tinggi dari angka 8,44 miliar Dolar AS pada tahun 2021 silam.
Pertumbuhan tersebut terjadi meskipun Indonesia ditekan oleh negara-negara Uni Eropa (UE) yang menggugat ke World Trade Organization (WTO) atas dasar tuduhan melakukan proteksionisme terhadap komoditas biji nikel.
Kendati menghadapi tantangan tersebut, Indonesia juga tetap melakukan kebijakan-kebijakan hilirisasi sebagai langkah strategis ekonomi dan politik.
Hilirisasi tingkatkan kekayaan negara
Hilirisasi diperlukan oleh Indonesia apabila ingin keluar dari fenomena yang membuat negara kita sendiri tidak bisa menikmati hasil-hasil dari sumber daya alam (SDA) nya sendiri.
Selama ini, Indonesia tidak bisa merasakan manfaat sepenuhnya dari SDA-nya sendiri karena diserap oleh negara-negara industri, di mana Indonesia hanya menjadi negara pemasok bahan mentah ke luar negeri.
Tidak hanya di komoditas nikel, Indonesia juga telah melakukan hilirisasi industri di komoditas bauksit.
Sementara itu, Indonesia juga telah melakukan hilirisasi terhadap sektor agrikultur. Salah satu komoditasnya adalah kelapa sawit.
Demikian, hilirisasi meningkatkan devisa negara, investasi, nilai tambah produk-produk yang ada, serta menciptakan lebih banyak lagi lapangan pekerjaan bagi rakyat. Semua itu berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat.
Hilirisasi juga menjadi cara bagi Indonesia untuk menunjukkan gigi dan kekuatannya di hadapan negara-negara industri lainnya yang sudah maju.* (Bayu Muhammad)
Baca juga: Diplomasi Indonesia Terkuat di Kawasan ASEAN