JAKARTA – Ekonom senior INDEF, Prof Didik J Rachbini, memberikan pandangan menarik terkait kepemimpinan ekonomi Indonesia, terutama dalam perbandingan antara era pemerintahan Presiden Jokowi dan masa-masa sebelumnya yang lebih dikuasai oleh teknokrat.
Menurutnya, perbedaan pendekatan dan figur kepemimpinan menjadi faktor penting yang akan menentukan keberhasilan ekonomi Indonesia ke depan.
“Sebenarnya yang absen waktu sebelumnya kan economic leadership dalam arti teknokratis. Tapi pada waktu 10 tahun ini, Pak Jokowi yang relatif dominan untuk mengarahkan infrastruktur kemudian IKN, kereta cepat, dan seterusnya. Nah, ini berbeda dengan teknokratisme pada masa lalu,” katanya di Total Politik.
Di masa lalu, kepemimpinan ekonomi dipegang oleh tokoh-tokoh teknokrat yang memiliki peran besar dalam pengelolaan kebijakan ekonomi secara menyeluruh. Salah satunya adalah Widjojo Nitisastro, seorang arsitek ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru yang menjadi ikon kepemimpinan teknokratis.
“Pada masa lalu, Widjojo adalah Menko Ekuin, Ketua Bappenas, Menko Keuangan, dan menguasai seluruhnya, sehingga leadership ada pada waktu itu. Mendorong pertumbuhan 7 persen atau 8 persen itu relatif mudah pada waktu itu. Sekarang ini, dengan tim yang ada, saya belum tahu siapa leader-nya nanti,” ujarnya.
Didik Rachbini menilai bahwa rivalitas antar partai politik dalam koalisi akan menjadi tantangan besar bagi Prabowo Subianto jika memimpin, yang berpotensi menghambat efektivitas tim ekonomi.
Ia menekankan perlunya sosok teknokrat seperti Widjojo Nitisastro, yang mampu mengadopsi kebijakan negara maju untuk mengarahkan ekonomi secara konsisten.
“Pak Prabowo kan metropolitan, beda dengan Pak Jokowi yang datang dari Solo. Metropolitan ini, kalau dia memimpin dan bisa konsisten terus. Kuncinya ada pada teknokratisme itu. Pak Wijoyo dulu meniru seluruh negara maju,” sambungnya.*