JAKARTA – Agensi Pekerjaan dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA) menuding Israel telah menghambat dan mencegah pengiriman bantuan-bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
“Kami hanya mendapat sedikit tanggapan positif terhadap permintaan pengiriman bantuan dan izin untuk bergerak di sekitar Gaza,” kata Direktur Hubungan Eksternal UNRWA, Tamara Alrifai.
Alrifai menyampaikan pihaknya telah menjalin komunikasi dengan Cogat, lembaga Israel yang mengawasi daerah-daerah pendudukan Palestina dan berkoordinasi dengan kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan.
Tapi, Alrifai menilai kalau kontak ini tidak selalu membawa hasil positif – seperti yang bis akita lihat, mulai dari hambatan pengiriman, hingga kemampuan kami menerima truk (bantuan).
Israel sendiri menuduh beberapa pekerja UNRWA terlibat dalam serangan Hamas 7 Oktober 2023 silam.
Hal itu disanggah oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Perancis, Catherine Colonna dalam penelitiannya yang menilai Israel belum memberikan bukti-bukti untuk tudingan itu.
Bahkan, pemerintah Israel menyatakan pihaknya sudah tidak lagi bekerja dengan UNRWA. Duta Besarnya di PBB mengatakan UNRWA sudah menjadi sebuah entitas teroris.
Dipersulit
Alrifai menyorot lambatnya respons pihak-pihak berwenang Israel ketika sekelompok pemukim ilegal Israel menyerang kamp UNRWA di Yerusalem Timur.
Tidak hanya itu, kerja UNRWA juga dipersulit oleh larangan-larangan dan pembatasan-pembatasan pihak Israel.
Salah satunya adalah pembatasan visa yang dikenakan oleh Israel terhadap pekerja-pekerja UNRWA. Termasuk kepada Komisioner UNRWA, Philippe Lazzarini.
Alrifai mencurigai Israel sengaja melakukan pembatasan-pembatasan dan bahkan serangan-serangan untuk mengusir UNRWA dari wilayah Palestina yang diduduki.
“Antara serangan publik yang didorong oleh (motivasi) politik terhadap UNRWA oleh pejabat Israel dan hambatan terus-menerus terhadap kemampuan kami untuk bekerja, baik di Gaza maupun di Yerusalem Timur dan Tepi Barat… semua ini memang berusaha mendiskreditkan kami, dan pada akhirnya mengeluarkan kami dari wilayah pendudukan Palestina,” ujarnya.
Kini, warga Palestina menghadapi kekurangan bahan-bahan makanan. Bahkan, ada laporan yang memperingatkan kemungkinan terjadinya kelaparan massal di sana.
“Harga pangan menjadi sangat mahal sekarang,” kata Awni Shwaikh yang terusir dari Deir al-Balah di Gaza Pusat. Ia juga mengungkapkan harga sekilo tomat naik lima kali lipat dari sebelumnya.
“Kebanyakan kita makan makanan kaleng, seperti buncis dan kacang-kacangan, hal-hal semacam itu. Itu tidak cukup bagi kita semua.* (Bayu Muhammad)
Baca juga: