JAKARTA – Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meloloskan resolusi gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza yang diajukan oleh Amerika Serikat (AS).
Resolusi tersebut lolos dengan perolehan suara sebanyak 14-0. Kali ini, Rusia memutuskan untuk abstain.
Adapun resolusi yang disetujui memuat proposal gencatan senjata yang sebelumnya diumumkan oleh Presiden AS, Joe Biden, Mei lalu.
Pihak AS menyatakan kalau Israel sudah menerima proposal tersebut, walaupun masih ada pejabat-pejabatnya yang menyuarakan penolakan mereka.
Sementara itu, kelompok milisi Palestina, Hamas merespons baik resolusi yang telah muncul. Mereka siap untuk bekerjasama dengan para juru mediasi untuk berunding mengenai pelaksanaannya.
Resolusi tersebut mempertegas komitmen teguh DK PBB untuk mencapai visi solusi dua negara yang dinegosiasikan di mana dua negara demokratis, Israel dan Palestina, hidup berdampingan secara damai dalam perbatasan yang aman dan diakui (dunia).
Fase-fase gencatan senjata
Tanggal 31 Mei lalu, Biden mengumumkan proposal gencatan senjata baru. Hal itu memuat rencana tiga tahap mulai dari gencatan senjata di Jalur Gaza hingga pembangunan kembali wilayah tersebut yang telah hancur karena perang.
Fase pertama merencanakan distribusi bantuan-bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Biden mencanangkan pengiriman 600 truk bantuan kemanusiaan setiap harinya.
Kemudian, fase kedua mencakup perjanjian antara Israel dan Hamas mengenai penghentian permusuhan secara permanen, untuk pembebasan semua sandera lainnya yang masih berada di Gaza, dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.
Di fase ketiga, rekonstruksi Jalur Gaza akan dimulai. Fase ini juga merencanakan pengembalian jasad-jasad dari para sandera yang masih ada di Jalur Gaza.
Mengesampingkan harapan yang dibawa oleh resolusi DK PBB ini, ada keraguan yang muncul terkait apakah Israel akan menerapkannya atau tidak.
Mantan Direktur Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Israel, Alon Liel, mengatakan kalau pemerintah Israel terkejut dengan resolusinya.
Lebih lanjut, ia bahkan menyatakan Israel tidak akan mendukung proposalnya.
“Duta besar-duta besar kami telah mencoba dalam 48 jam terakhir untuk mengubah teks tersebut dan tidak dapat melakukannya,” ujarnya.
Liel menilai Israel tidak menyukai resolusi gencatan senjata yang baru saja disetujui oleh DK PBB. Dan sekarang tengah menghadapi situasi yang sulit.
“Jadi Israel jelas tidak menyukai resolusi ini… Jika Israel secara terbuka menolaknya, tekanan internasional akan meningkat,” lanjutnya.* (Bayu Muhammad)
Baca juga:
Anggota Kabinet Perang Netanyahu Mundur