4 months ago
1 min read

Megawati: Tidak Ada Oposisi, PDIP ‘Checks and Balances’

Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. (Foto: YouTube PDIP)

JAKARTA – Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V PDIP dibuka Jumat (24/5/2024) di Ancol Beach City, Jakarta City. Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri, membukanya dengan pidato politik.

Salah satu hal yang dibahas oleh Megawati dalam pidatonya adalah sistem politik di Indonesia yang presidensial dan tidak mengenal baik oposisi maupun koalisi.

Mulanya, ia menyapa para pemimpin dari partai-partai politik (parpol) yang turut mengusung kandidat Presiden dan Wakil Presiden (Wapres) Ganjar Pranowo-Mahfud MD dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 sebelumnya.

“Tentu yang ingin kami sampaikan adalah rasa hormat dan terima kasih, sayangnya Pak Mardiono tak bisa hadir, tapi diwakili oleh Bapak Rusli Effendi Wakil Ketum, lalu Bapak Oesman Sapta Ketum Hanura, Bapak Haru Tanoesoedibjo Ketum Perindo,” kata Megawati.

Ia menceritakan pada mulanya sudah mengatakan tak bisa berkoalisi, tetapi hanya bekerja sama ketika bertemu di awal membahas langkah-langkah menuju Pilpres 2024.

“Lalu saya harus mengatakan karena saya waktu mereka bertiga minta kepada saya, kalau kami, yang lucu bilangnya gini, ‘ibu kalau kami koalisi tidak bisa,’ saya langsung bilang begitu,” sambungnya.

Sebab, Megawati menjelaskan bahwa sistem politik Indonesia yang presidensial, dan bukan parlementer tidak mengenal istilah oposisi dan koalisi.

“Karena saudara-saudara sekalian, anak-anakku tersayang, harus di-stretching bahwa banyak sekali mereka yang salah, karena dalam sistem ketatanegaraan kita boleh tanya Pak Mahfud, sistem kita presidensial,” terangnya.

“Jadi bukan parlementer, jadi sebetulnya kita ini tidak ada koalisi lalu oposisi. Jadi memang agak susah. Sebetulnya karena kalau tidak ikut, lalu apa ya?” sambungnya.

Sikap PDIP

Menjelaskan sikap PDIP ke depannya, Megawati memberikan titik berat kepada checks and balances.

“Dalam menyikapi politik ke depan, sebagai partai yang memiliki sejarah panjang dalam memperjuangkan demokrasi, kita tetap menempatkan penting adanya check and balances. Bahwa demokrasi memang memerlukan kontrol dan penyeimbang,” jelasnya.

Ia tidak menutup mata bahwa politik merupakan soal perebutan kekuasaan. Tapi mereka dijadikan berbeda oleh karena strategi dan cara yang digunakan.

“Namun kita juga tidak menafikan, bahwa berpolitik mengandung esensi untuk selalu mendapatkan kekuasaan. Hanya bedanya strategi dan cara untuk mendapatkan kekuasaan lah yang membedakan kita dengan yang lainnya,” kata Megawati.

Megawati juga mengatakan tantangan yang akan dihadapi ke depannya tidak mudah. Dan demokrasi membutuhkan topangan dari berbagai pihak.

“Dalam menghadapi tantangan yang tidak mudah ke depan, demokrasi semakin memerlukan penopang masyarakat sipil yang kuat, pers yang handal, bebas tapi terukur. Bukannya bebas liberalism, tapi bebas terukur termaktub dalam Pancasila,” terangnya.

Kemudian, Megawati menuturkan bahwa PDIP harus mendengarkan suara akar rumput dalam upayanya menyikapi pemerintah berikutnya.

“Lalu bagaimana sikap PDI Perjuangan terhadap pemerintah ke depan, tentu perlu dicermati dengan seksama, partai harus mendengarkan semua suara akar rumput. Dari yang berteriak sampai yang sayup-sayup dan terus berjuang bagi terlembaganya demokrasi yang sehat. Inilah bagian dari pada skala prioritas kita di rakernas kita,” ucapnya.* (Bayu Muhammad)

Baca juga:

PDIP Kalah Pilpres, Jokowi Kena Marah

PDIP Respons Wacana Jokowi Pimpin Parpol

Sebut Jokowi Bukan Keluarga PDIP Lagi, Projo: Itu Kesimpulan JK

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

‘Anies Tidak Jadi Maju Bukan Karena Ridwan Kamil’

JAKARTA – Mantan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Daerah

Pramono Jalan Tengah Jokowi, Prabowo dan Megawati

JAKARTA – Jurnalis Senior Tempo, Bambang Harymurti, berpendapat kalau sosok