JAKARTA – Sekitar 100 perahu nelayan Filipina berlayar ke wilayah perairan di Laut Tiongkok Selatan (LTS) yang disengketakan oleh Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Mereka berlayar ke Beting Scarborough di bawah pengawasan kapal-kapal dari Angkatan Laut (AL) dan Penjaga Pantai Filipina.
Aksi para nelayan juga didukung oleh aktivis-aktivis, sukarelawan-sukarelawan, dan seorang pastor Katolik Roma dari koalisi masyarakat Atin Ito, yaitu bahasa Tagalog untuk ‘Ini punya kita’ yang mendistribusikan makanan-makanan dan bahan bakar.
“Misi kita damai dan didasarkan kepada hukum internasional dan bertujuan mempertegas hak-hak kedaulatan (kita),” ujar Rafaela David yang mengorganisir pelayaran tersebut.
Tindakan mereka menyusul aksi-aksi dari RRT yang provokatif terhadap pihak militer dan nelayan Filipina di wilayah yang disengketakan.
Dua pekan lalu, Penjaga Pantai RRT menggunakan senapan air untuk menembaki kapal-kapal Penjaga Pantai Filipina dan kapal nelayan yang berlayar di Beting Scarborough.
Filipina mengutuk serangan tersebut yang terjadi di dalam wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) mereka.
Sebaliknya, RRT mengklaim Penjaga Pantainya melakukan tindakan itu setelah kapal-kapal Filipina “melanggar kedaulatan Cina”.
Beting Scarborough sendiri menjadi titik panas antara Filipina dengan RRT. Beijing secara efektif merebut wilayah tersebut dengan menempatkan kapal-kapal Penjaga Pantainya di sana pada 2012.
Pemerintahan Filipina membawa sengketa tersebut ke pengadilan internasional pada 2013. Pengadilan di The Hague memenangkan Manila dan membuat klaim RRT atas wilayah tersebut tidak sesuai dengan Konvensi PBB 1982 tentang Hukum Laut.
Kendati demikian, RRT menolak untuk mengikuti ketetapan yang telah diberikan dan menentangnya hinga kini.
Belakangan, agresi RRT terhadap Filipina semakin meningkat. Dan telah berdampak kepada terjadinya kecelakaan minor yang mengakibatkan rusaknya kapal-kapal Filipina.
Tidak hanya itu, awak-awak AL Filipina juga mengalami luka-luka.
“Kita berlayar dengan membawa tekad, bukan provokasi, untuk menjadikan kawasan (LTS) beradab dan mempertahankan ketahanan wilayah kita,” sambung David.* (Bayu Muhammad)