JAKARTA – Presiden terpilih Prabowo Subianto ingin mengadakan presidential club sebagai wadah berkumpulnya presiden-presiden terdahulu.
“Pak Prabowo secara berulang menyebutkan beliau ingin sekali duduk bareng, diskusi panjang dengan para mantan presiden nantinya, sehingga ada presidential club,” ujar Juru Bicara (Jubir) Prabowo Dahnil Anzar Simanjuntak, Senin (29/4/2024).
Untuk itu, Prabowo ingin duduk bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Presiden Megawati Soekarnoputri.
Masukan-masukan mereka penting bagi Prabowo untuk memerintah ke depannya.
“Pak Prabowo akan mendengarkan masukan, tidak mungkin tanpa masukan,” kata Dahnil.
Akademisi Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin memperkirakan presidential club Prabowo nantinya bersifat pertemuan informal. Karena jika formal, maka sudah ada wadahnya dalam bentuk Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
Terlebih, Ujang menilai beberapa tokoh dalam presidentiap club ketika dibentuk belum akrab satu sama lain.
“Ya kalau gagasan presidential club, ya itu terserah Prabowo karena Prabowo yang terpilih. Tapi kalau saya melihatnya yang bagus informal saja. Toh mereka juga ada yang belum akrab gitu,” kata Ujang ketika dihubungi Totalpolitik.com, Kamis (2/5/2024).
“Ada yang masih marah-marahan. Ada yang masih gesek-gesekan. Kalau ada dalam satu ruangan juga tidak tegur sapa, saling tidak enak gitu,” sambungnya.
Meskipun, Ujang juga melihat presidential club punya potensi untuk jadi sarana memperbaiki hubungan mantan-mantan presiden yang masih belum baik.
“Tetapi, memang bisa jadi positifnya kalau ada presidential club yang tadinya tidak akrab bisa akrab,” ujarnya.
Mengenai peran Presiden Jokowi dalam presidential club atau Wantimpres yang berisi para mantan presiden itu, Ujang menjelaskan sang Presiden bisa memberikan masukan-masukannya kepada Prabowo dan wakilnya Gibran Rakabuming.
“Jadi sata sih melihat posisi Wantimpres juga cukup. Cukup bagus, cukup terhormat, cukup mulia juga bagi Pak Jokowi gitu untuk bisa memberikan masukan-masukan, nasihat-nasihat bagi Prabowo-Gibran dalam konteks membangun lima tahun ke depan,” jelas Ujang.
Menurut Ujang, konsep presidential threshold yang dimaksud Prabowo masih harus dikembangkan dan dimatangkan lagi.
“Apakah formal-informal, cara kerjanya seperti apa, hasilnya seperti apa, bentuknya seperti apa, itu kan menjadi penting,” katanya.
Pembahasan lebih lanjut mengenai presidential club termasuk salah satunya membahas apakah rapat-rapatnya harus diikuti oleh sang Presiden petahana yang dalam kasus ini adalah Prabowo.
“Apakah nanti harus diikuti oleh presiden atau tidak diskusinya, kebijakannya, atau lain sebagainya,” lanjutnya.
Semua itu harus dimatangkan terlebih dahulu oleh pihak Prabowo-Gibran sebelum presidential club dibentuk.* (Bayu Muhammad)