6 months ago
2 mins read

Sukarno yang Ditempa di Tempat Tepat

Ir Sukarno. (Foto: Web)

JAKARTA – Seringkali orang dibentuk oleh lingkungan yang ada di sekitarnya. Sikap mereka akan ditata oleh perbuatan yang sering dilihat. Dan pandangan mereka akan dipengaruhi oleh pemikiran yang kerap kali tersampaikan.

Dalam konteks itulah kita harus mendalami kehidupan sosok-sosok besar, jika ingin mempelajari sejarah mereka.

Bapak Proklamator Kemerdekaan Sukarno, yang juga menjadi Presiden Indonesia pertama bukanlah pengecualian. Seperti banyak tokoh-tokoh lainnya yang penting dalam sejarah, ia merupakan produk dari lingkungannya.

Lingkungan Sukarno mengembangkan sikap dan pemikirannya seputar politik adalah tempat yang menarik.

Pada usianya yang muda, Sukarno dititipkan oleh bapaknya untuk tinggal bersama dengan Oemar Said Tjokroaminoto. Sosok yang dikenal waktu itu sebagai pemimpin politik dari orang-orang Jawa.

Hidup bersama Tjokroaminoto di Surabaya memberikan banyak pengalaman dan wawasan yang akan membentuk sikap dan pemikiran Sukarno.

Dalam buku karangan Cindy Adams yang berjudul Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat, Sukarno menceritakan pengalamannya hidup dan bergaul dengan Tjokroaminoto, di tengah lingkungan politik pergerakan nasional Indonesia waktu itu.

Salah satunya adalah ketika pria yang kerap disapa Bung Besar itu diajak Tjokroaminoto untuk menonton pidatonya dalam pertemuan-pertemuan politik. Sukarno mengingat bagaimana dirinya belajar dari Tjokroaminoto cara berorasi dari sosok yang dikaguminya itu.

“Aku memerhatikannya menjatuhkan suaranya. Aku melihat gerak tangannya dan kupergunakan penglihatanku ini pada pidatoku sendiri,” tutur Sukarno kepada Cindy.

Pengalaman itu akan membuahkan hasil yang manis bagi Sukarno. Ketika ia berkesempatan memberikan pidato di hadapan khalayak umum, saat tiba gilirannya memimpin pergerakan dan revolusi nasional Indonesia.

Sementara itu, Surabaya sendiri merupakan kota yang bisa menjawab kehausan intelektual Sukarno. Terdapat perpustakaan milik kaum Theosofi berisikan banyak tulisan yang bisa dibaca olehnya.

Dari kedekatannya dengan buku-buku, Sukarno berkenalan dengan berbagai pemikiran-pemikiran beserta para pemikirnya.

Mulai dari sosialisme, liberalisme, sampai dengan nasionalisme, semua dipelajari oleh Sukarno ketika ia berkenalan dengan nama-nama pemikir besar.

“Di dalam dunia pemikiranku aku pun berbicara dengan Gladstone dari Britannia ditambah dengan Sidney dan Beatrice Webb jang mendirikan Gerakan Buruh Inggris. Aku berhadapan muka dengan Mazzini, Cavour dan Garibaldi dari Italia. Aku berhadapan dengan Otto Bauer dan Adler dari Austria,” jelas Sukarno.

Tidak hanya mempelajari pemikiran-pemikiran mereka, Sukarno mengklaim menghayati kehidupan orang-orang yang ia pelajari. “Aku berhadapan dengan Karl Marx, Friedrich Engels dan Lenin dari Rusia dan aku mengobrol dengan Jean Jacques Rousseau’ Aristide Briand’ dan Jean Jaures ahli pidato terbesar dalam sejarah Prancis. Aku meneguk semua cerita ini. Kualami kehidupan mereka,” sambungnya.

Pada saat yang sama Sukarno menggunakan waktunya untuk belajar pemikiran-pemikiran para tokoh besar, ia juga berkesempatan untuk bertemu dengan tokoh-tokoh pergerakan.

Rumah Tjokroaminoto merupakan tempat berkumpulnya tokoh-tokoh pergerakan. “Setiap hari para pemimpin dari partai lain atau pemimpin cabang Sarekat Islam datang bertamu. Aku duduk dekat kaki orang-orang ini dan mendengarkan,” katanya.

Sesekali, Sukarno menanyakan dan membicarakan persoalan-persoalan politik dengan mereka. Misalnya, ia berbicara mengenai penderitaan rakyat yang dijajah dan Marxisme dengan tokoh- Alimin dan Musso yang datang dari kubu politik kiri.

Bahkan, ia pernah berbagi kamar dengan aktivis-aktivis dan politikus-politikus era pergerakan yang menyambangi rumah Tjokroaminoto. Sukarno memanfaatkan itu dengan lagi-lagi mengajak ngobrol soal isu-isu yang tengah berkembang di masyarakat.

“Kadang-kadang kubagi tempat-tidurku dengan salah seorang pemimpin itu dan minum dari mata air keahlian mereka hingga waktu fajar,” kenang Sukarno.

Persinggungan antara kehadiran sosok Tjokroaminoto yang berpengaruh, Kota Surabaya yang kaya dengan literatur, dan pergaulan yang memperluas wawasan—dengan Sukarno berada di tengah-tengahnya—telah menempa Sukarno jadi sosok pemikir dan orator ulung yang kini dikenal oleh sejarah.* (Bayu Muhammad)

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

Penjelasan Sukarno tentang Peristiwa Gerakan 30 September

JAKARTA – Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) merupakan kejadian yang

Bung Karno dan Rehabiitasi Sejarah

JAKARTA – Peristiwa krusial Pencabutan TAP MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 pada