Manggarai Mangrove Center
Menyadari minimnya pengetahuan masyarakat tentang risiko dan mitigasi bencana, PMI Kabupaten Manggarai bergerak ke Kelurahan Baru dan membentuk SIBAT. Salah satu program utama SIBAT di wilayah ini adalah menanam mangrove di pantai. Hal ini dilakukan untuk menahan air laut saat rob.
Ketua SIBAT Kelurahan Baru Baco mengatakan, SIBAT di Kelurahan Baru telah terbentuk tiga tahun lalu. Selain penanaman mangrove, program lain yang dilakukan SIBAT adalah penyusunan rancangan dan mitigasi bencana.
“Kami aktif melakukan kampanye ke masyarakat. Bahkan warga juga aktif melakukan kerja bakti dengan kami,” katanya.
Baco menambahkan, program penanaman mangrove di tepi pantai dilakukan sejak setahun lalu. Tim SIBAT melakukan pembibitan sendiri dari pohon-pohon mangrove yang sudah ada di tepi pantai.
“Pohon mangrove itu ketika musim berbuah, buahnya jatuh ke tanah. Ia lantas bertunas. Di tunas-tunas kecil yang mulai bertumbuh itu kami mengambil benihnya untuk kami tanam kembali di rumah bibit,” tuturnya.
Selain melibatkan warga dalam penanaman mangrove, SIBAT juga mengajak anak-anak sekolah dan kelompok gereja untuk turut serta. “Kami undang mereka untuk bersama-sama menanam bibit di mangrove di lahan seluas 16 hektare. Hingga kini kami telah menanam 15.000 bibit mangrove,” ungkap Baco.
Di lain pihak, Tommy menyebut kawasan Pantai Nanga Banda di mana kebun bibit SIBAT Kelurahan Baru berada, layak dijadikan sebagai pusat Manggarai Mangrove Center (MMC). Lokasi ini dikelola oleh dua kelurahan, yakni Kelurahan Baru dan Reo.
“Sudah ada desain Manggarai Mangrove Center itu. Sudah dipetakan. Nanti mangrove jenis ini akan ditanam di sini. Makanya teman-teman SIBAT memindahkan rumah bibit mereka ke sini,” kata Tommy.
MMC merupakan salah satu program lain yang digagas PMI di Kelurahan Baru dan Reo. Program ini telah berjalan sejak empat bulan lalu. Namun, ada tantangan tersendiri saat menjadikan Pantai Nanga Banda sebagai pusat MMC.
Pertama, binatang ternak yang kerap memakan bibit-bibt mangrove yang ditanam SIBAT dan warga. Walau sudah dilindungi pagar, namun ternak seperti sapi dan kambing tetap bisa masuk ke dalam rumah bibit dan memakan pohon mangrove yang masih kecil. “Pemilik ternak sudah dipanggil, tapi tetap saja mereka melepas ternak,” timpal Baco.
Ia menuturkan, pemilik tak ada di lokasi pantai tapi di rumahnya di Kota Reo. Mereka hanya datang pagi dan sore, membuka dan menutup kandang yang terletak tak jauh dari rumah bibit. Ternak dibiarkan berkeliaran mencari makan sendiri tanpa diawasi. “Berhubung wilayah ini aman karena tak ada pencurian ternak, maka warga merasa aman melepas ternak mereka,” lanjut Baco.

Tantangan kedua adalah masalah kepemilikan lahan yang begitu mudah diklaim warga sebagai miliknya. Saat mengetahui bahwa kawasan Pantai Nanga Banda memiliki potensi yang cukup bagus, warga sekitar tiba-tiba mengklaim bahwa lokasi tersebut sebagai tanah milik mereka.
Tommy menegaskan bahwa kawasan ini dalam penguasaan pemerintah. “Ini tanah pemerintah, kami sudah konfirmasi. Sebelum kami mulai pertama, kami dapat peta wilayah konservasi. Dan itu ada di tata ruang kecamatan. Kami sudah lihat juga,” ujarnya.
Dalam kawasan konservasi, lanjut Tommy, orang tidak bisa sembarangan menebang atau memotong pepohonan. Ia bahkan pernah melaporkan warga kepada pihak aparat berwajib karena menebang pepohonan di sekitar lokasi MMC. Ia juga meminta relawan SIBAT untuk mengawasi dan melaporkan siapa saja yang mencoba merusak kawasan konservasi.
Selain penanaman mangrove, relawan SIBAT Kelurahan Baru juga menanam bibit pohon cemara laut di pantai. Hingga kini mereka telah menanam sebanyak 194 bibit pohon. Bibit cemara laut ini diambil dari Kabupaten Manggarai Timur. Para relawan bersyukur ternyata bibit-bibit pohon tersebut bisa tumbuh di tanah pantai yang berpasir.
“Kami mendapatkan apresiasi setelah berkali-kali menanam bibit cemara laut ini. Sebab, sebelumnya semua bibit yang ditanam pada mati . Makanya setiap hari kami menjaga terus,” kata Baco.
PMI dan SIBAT berharap sekecil apa pun upaya yang mereka lakukan dalam penanganan risiko bencana di Kelurahan Baru akan bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat. Mereka juga mengharapkan dukungan warga dan pemerintah dalam upaya-upaya mitigasi bencana yang lebih baik lagi di kemudian hari.*
Baca juga: Wae Pesi yang Ramah juga ‘Pemarah’