7 months ago
5 mins read

Jalan Panjang Sang Jenderal

Presiden terpilih Prabowo Subianto. (Foto: Facebook Prabowo Subianto)

JAKARTA – Sebuah video berisi percakapan telepon diunggah oleh Calon Presiden Prabowo Subianto di akun Instagram-nya.

Telepon itu berasal dari sobat karibnya nun jauh di sana; Abdullah II. Dia adalah Raja Yordania yang naik takhta sejak 9 Juni 1999 silam, yang juga dikenal dekat dengan Menteri Pertahanan RI itu.

“Selamat, saudaraku,” sapa Abdullah melalui speaker telepon genggam yang digenggam Prabowo.

“Terima kasih, Yang Mulia. Saya akan menelepon Anda dalam beberapa pekan ke depan jika memungkinkan,” jawab capres terpilih itu.

Ahlan wa sahlan, (silakan),” timpal Abdullah dengan ramah. “Bahkan jika waktunya memungkinkan, aku akan datang menemuimu dan mengucapkan selamat secara langsung. Negaramu membutuhkanmu. Aku kenal dirimu sejak lama dan sangat bangga padamu,” kata-kata Abdullah mengalir lancar penuh sanjungan.

“Terima kasih, Yang Mulia. Saya sangat menghargai persahabatan Anda. Saya harap bisa segera bertemu Anda secepat mungkin. Saya punya banyak kenangan indah di Amman,” Prabowo tak mau kalah.

“Silakan, kapan saja. Aku juga punya banyak kenangan denganmu,” balas Abdullah.

“Sampaikan salam hormat saya untuk Yang Mulia Ratu, untuk Pangeran Faisal, dan Pangeran Ghazi. Saya ingin bertemu mereka kembali…” tutup Prabowo.

Cuplikan video hubungan telepon itu pun viral di media sosial. Tak mengherankan memang, jika Raja Yordania menelepon mantan Danjen Kopassus itu. Catatan sejarah hidup Sang Jenderal memang tak lepas dari negeri Abdullah.

Prahara 1998 memaksa menantu Presiden Soeharto itu untuk melakoni hidup di Jazirah Arabia. Dan Abdullah menerimanya dengan tangan terbuka, menjadikannya sahabat karib. Prabowo yang baru saja kehilangan jabatan di dunia militer, meninggalkan Indonesia di akhir 1998.

Keputusan Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang memeriksa kasus penculikan sembilan aktivis prodemokrasi, mematahkan tongkat komando yang ia genggam. Ia tak lagi menggenggam kuasa di lingkaran elite Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) akibat tindakan penculikan tersebut.

Sebelum bermukim di Yordania, Prabowo menginjakkan kaki di Amerika Serikat dan tinggal di Negeri Paman Sam selama beberapa waktu. Ia juga sempat melanglang buana di sejumlah negara Eropa.

Di Yordania, Prabowo menjalankan bisnis yang dikelola adiknya, Hashim Djojohadikusumo. Kabarnya, ia juga ditawari menjadi penasihat militer kerajaan.

Selama berada di Yordania, Prabowo ditawari untuk tinggal di salah satu istana kerajaan. Namun, ia menolak. Dia lebih memilih tinggal di apartemen biasa bersama ajudannya di pusat Kota Amman.

Pada 2000, Prabowo sempat kembali menginjakkan kaki di Tanah Air untuk menjenguk ayahnya yang sakit. Namun, keberadaannya di Indonesia tak berlangsung lama. Ia mesti kembali ke Amman dan tinggal di sana hingga beberapa bulan kemudian.

Masa-masa ini bisa dianggap sebagai saat di mana Sang Jenderal terpuruk di titik nadir. Ia tak ubahnya ‘manusia tanpa negara’ (stateless) yang ‘terkucilkan’.

Indonesia Tanah Air Beta

Dan kabar baik itu datang dari Megawati Soekarnoputri, yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI. Sebagai seorang sahabat, Megawati marah saat mengetahui status Prabowo yang tanpa kewarganegaraan. Ia juga mengaku geram pada Menteri Luar Negeri dan Panglima TNI saat itu.

“Dulu saya ngambil beliau keleleran (telantar). Betul nggak, Mas? Saya marah sebagai Presiden. Siapa yang membuang Beliau sebagai stateless? Ini saya bukan cari nama. Tanya kepada Beliau (Prabowo),” kata Megawati saat memberikan sambutan dalam ‘Presedential Lecture’ Internalisasi dan Pembumian Pancasila’, di Istana Negara pada 2019 lalu.

“Saya marah pada Menlu, saya marah pada panglima. Apapun juga, Beliau manusia Indonesia. Pulang!” tegas Presiden RI ke-5 itu. Dan kelak di 2009, Megawati menggandeng Prabowo sebagai cawapresnya saat berkontestasi di pilpres.

Akhirnya, di awal 2001, Prabowo pulang ke Tanah Air dan kembali ‘menjadi’ orang Indonesia. Bersama adiknya, ia menggeluti dunia bisnis dan membangun sejumlah perusahaan.

Selain itu, ia juga aktif di Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), sebuah organisasi sosial berskala nasional di bidang agrikultur. Bahkan, pada Musyawarah Nasional (Munas) HKTI Ke-6, Prabowo Subianto berhasil menjadi Ketua Umum untuk periode 2004-2009.

Tak hanya mengurusi kaum tani, pada periode yang sama, Prabowo juga terlibat aktif di Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI). Bersamaan dengan lakon yang ia jalani di HKTI dan APPSI, Prabowo mulai muncul ke permukaan. Menyeruak di belantara pemberitaan media.

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

Immanuel Ebenezer: Antara Dua ‘Mania’

JAKARTA – Sosok satu ini dikenal sebagai relawan yang membantu

Kabinet Zaken: Solusi Prabowo untuk Mewujudkan Pembangunan dan Stabilitas Politik

JAKARTA – Presiden terpilih Prabowo Subianto berencana membentuk kabinet zaken