11 months ago
6 mins read

Wae Pesi yang Ramah juga ‘Pemarah’

Beberapa bocah bermain di atas jembatan bambu di pinggir Sungai Wae Pesi, Manggarai. (Foto: Chairul Akhmad)

Sadar dengan wilayah yang rawan bencana karena berada di pinggir laut dan sungai yang kerap meluap, SIBAT membangun sistem peringatan dini untuk antisipasi musibah.

MANGGARAI – Beberapa kapal kecil penangkap ikan bersandar di pinggir Sungai Wae Pesi, Kelurahan Reo, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, di suatu siang nan terik.

Debit air sungai yang tak seberapa besar, bahkan cenderung kecil, membuat tanah berlumpur di dasar sungai bagian pinggir tampak jelas dan meranggas.

Musim kemarau yang berkepanjangan membuat Wae Pesi seperti kehilangan ‘keangkeran.’ Sangat berbeda dengan di musim hujan, di mana salah satu sungai besar di Manggarai ini secara ganas dapat memuntahkan airnya ke daratan Reo. Apalagi jika limpasan airnya bertemu dengan pasang laut di muara, maka debit air yang membanjiri daratan kian menjadi-jadi.

Di sebuah titian bambu yang mengarah ke tengah sungai, tampak beberapa bocah lelaki asyik memancing ikan sambil bersenda gurau. Terik mentari yang menyengat tak menyurutkan kegembiraan mereka menikmati sensasi ikan yang memagut umpan.

Dalam sebuah ember kecil berwarna hitam, beberapa ikan hasil tangkapan mereka tampak menggelepar karena kekurangan oksigen. Nasib ikan-ikan ini akan berakhir di penggorengan tak lama kemudian.

Di titian yang lain, juga terlihat seorang bocah yang sendirian menikmati panas dengan joran di tangan. Ia seperti terpisah dengan kawan-kawannya di titian yang lain. Bocah satu ini belum jua mendapat ikan setelah sekian lama berjibaku dengan panas yang mencapai 38 derajat Celcius.

Namun, ia tak peduli dan tetap masyuk tenggelam dalam dunianya. Seolah menyatukan eksistensinya dengan Wae Pesi yang telah sekian lama memberinya kehidupan.

Sungai Wae Pesi memang tampak ramah, indah, aman, bahkan nyaman di musim kemarau. Namun, kenyamanan seperti itu tak berlangsung. Musim hujan selalu menjadi momok bagi warga yang hidup di bantaran Wae Pesi. Luapan airnya akan menerjang apa saja yang menghalang di depan.

Kerawanan inilah yang mendorong PMI Kabupaten Manggarai untuk bergerak mengedukasi warga tentang pentingnya penanganan risiko bencana (PRB) dan mitigasi bencana. Setelah terjun selama tiga tahun dan membentuk SIBAT di Kelurahan Reo, kini warga sudah mulai sadar akan risiko bencana dan bagaimana menghadapinya.

Ketua SIBAT Kelurahan Reo Taufiq Hidayat mengatakan, sejak 2019 SIBAT telah hadir di Reo. Namun, mereka baru bisa berkegiatan pada 2021 usai pandemi Covid-19. “Saat pandemi kegiatan kami terbatas. Tapi setelah 2021 sampai sekarang, banyak kegiatan yang kami lakukan dengan masyarakat sesuai yang ada di program PMI,” tuturnya.

Di antara kegiatan yang dilakukan SIBAT Kelurahan Reo antara lain sosialisasi, kampanye penyadaran masyarakat, kampanye hijau bersih, juga kampanye kesehatan.

“Kemarin kita juga kegiatan mitigasi skala kecil di beberapa lokasi di kelurahan Reo ini. Kami mendapatkan masukan dari masyarakat terkait pengurangan risiko bencana dengan adanya genangan-genangan air di lingkungan,” kata Taufiq.

Salah satu respons masyarakat yang langsung ditindaklanjuti SIBAT adalah soal deker atau penghubung antara gorong-gorong drainase. Ada sejumlah deker yang mampet hingga menimbulkan genangan air di sejumlah tempat.

SIBAT pun mengajak warga kerja bakti untuk membersihkan saluran dan deker yang ada. Hasilnya kini saluran air lancar kembali, dan genangan tak lagi muncul.

Menurut Taufiq, banjir merupakan bencana paling sering menyapa kawasan Reo. Pada 2004 dan 2007 pernah terjadi banjir bandang yang menimbulkan korban harta benda.

Berkaca dari kejadian tersebut dan melihat riwayat bencana yang terjadi di Reo, maka salah satu fokus penanganan PRB-nya dengan menanam pohon di sepanjang DAS.

Beberapa jenis pohon yang ditanam antara lain pohon gempol, beringin loak, mete, dan vetiver. Sementara untuk daerah pesisir, SIBAT dan warga menanam mangrove dan bakau merah.

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

Kisah Antara Dua Desa

Bajak dan Salama adalah dua desa yang masuk dalam wilayah

Mangrove dan Cemara Laut Sang Penjaga Pantai

Banjir dan rob merupakan momok terbesar bagi warga Kelurahan Baru,