2 years ago
7 mins read

Mangrove dan Cemara Laut Sang Penjaga Pantai

Relawan SIBAT Kelurahan Baru, Kecamatan Reok, memantau tanaman mangrove di Pantai Nanga Banda. (Foto: Chairul Akhmad)

SDN Reo I merupakan salah satu sekolah dasar terbaik di Kelurahan Baru. Dengan jumlah siswa mencapai 274 orang yang terbagi dalam 12 kelas, sekolah ini dikawal oleh 18 orang guru. Bangunan gedung SDN Reo I juga termasuk megah jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah di sekitarnya.

Preferensi Media Informasi Siswa di Kabupaten Manggarai. Sumber: Project Baseline Report (ARC and PMI)

Selain bagus, yang menarik dari sekolah ini adalah kebersihannya. Hampir tidak ditemukan sampah di seluruh penjuru sekolah. Para siswa sudah terbiasa membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan jenis dan macamnya. Mereka tidak akan mencampur antara sampah organik dan non-organik.

“Jadi anak-anak sudah tahu tentang pengelolaan sampah yang baik. Mereka jadi duta sampah yang akan kampanye ke lingkungan tempat tinggal mereka. Kadang juga anak-anak ambil bagian dalam kegiatan desa, terutama dalam penanaman mangrove di pinggir pantai,” jelas Emitria.

Para siswa ikut dilibatkan oleh PMI dan SIBAT dalam kampanye hijau dan penanaman mangrove. Menurut Emitria, SIBAT Kelurahan Baru selalu terlibat dalam kegiatan-kegiatan PRB di sekolah. Bahkan SDN Reo I juga telah memiliki kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR).

Karenanya, Emitria mengaku sangat bangga dengan peran PMI dan SIBAT di sekolah maupun di masyarakat. “PMI dan SIBAT itu rekan kerja kami. Jadi jangan sampai putus hubungan kemitraan dengan kami,” harapnya.

Tommy Kepala Program PMI Kabupaten Manggarai Tommy Hikmat juga mengaku senang karena program PRB yang digelar PMI direspons dengan baik oleh warga dan siswa sekolah di Kelurahan Baru. “Memang ini menarik. Waktu kami memulai program di sini, responsnya bagus,” sanjung Tommy.

Menurut dia, di antara lima SDN yang terdapat di Kecamatan Reok, SDN Reo I yang paling antusias menerima program-program PRB yang diinisiasi PMI.

“Cuma sekolah ini yang sudah memiliki kegiatan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Memang kita mulai dari membentuk Komite Sekolah. Kemudian kita memberikan pelatihan terkait bencana, melakukan kajian kerangka kapasitas sekolah hingga membuat Standard Operational Procedure (SOP),” ungkap Tommy.

Wilayah hilir

Bermukim di wilayah yang dekat laut dan sungai memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Di Kecamatan Reok terdapat tiga kelurahan yang berlokasi di hilir sungai dan dekat laut. Tiga kelurahan itu adalah Mata Air, Reo, dan Baru. Warga di tiga wilayah ini sebagian besar berprofesi sebagai petani garam dan nelayan.

Daratan di Kecamatan Reok rata-rata terletak 12 meter di atas permukaan laut (MDPL), yang menjadikannya sebagai wilayah paling rendah dibanding kecamatan lainnya. Dibandingkan dengan Kecamatan Ruteng misalnya, Ibukota Kabupaten Manggarai itu berada di ketinggian 951 MDPL. Inilah yang menjadikan Kecamatan Reok sebagai wilayah hilir.

Relawan SIBAT Kelurahan Baru, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, NTT memeriksa tanaman mangrove di kebun bibit di Pantai Nanga Banda. (Foto/Chairul Akhmad)

Selain itu, kelurahan dan desa di Kecamatan Reok dilewati aliran Sungai Wae Pesi, salah satu sungai besar di Kabupaten Manggarai. Kondisi inilah yang membuatnya kerap mengalami bencana banjir akibat limpasan air dari hulu.

Selain itu, letaknya yang berada pada bibir pantai juga menambah persoalan banjir. Hal ini terjadi bila gelombang laut pasang dan dari hulu turun air limpasan dengan debit yang tinggi. Pertemuan kedua air tersebut pernah terjadi di wilayah Kecamatan Reok, khususnya di Kelurahan Baru dan Reo.

Banjir di Kecamatan Reok bukanlah bencana baru karena berulang kali terjadi setiap tahun. Banjir paling parah pernah terjadi pada 2004 dan 2007 yang menyebabkan kerugian harta benda.

Bencana ini juga berpengaruh pada perekonomian warga, khususnya yang bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Kerugian lainnya adalah rusaknya tanaman, panen yang gagal, serta hilang atau rusaknya perahu milik nelayan.

Pengalaman menghadapi banjir dan adanya risiko kembalinya terjadi musibah memengaruhi kondisi psikologis masyarakat setempat. “Kami cemas dan khawatir setiap kali datang hujan lebat. Apalagi jika berlangsung selama satu hingga dua jam,” tutur Maria, warga Kelurahan Baru.

Komentar

Your email address will not be published.

Go toTop

Jangan Lewatkan

Kisah Antara Dua Desa

Penduduk Desa Bajak berjumlah 1.550 jiwa yang terbagi dalam 404

Wae Pesi yang Ramah juga ‘Pemarah’

Untuk mengingatkan warga saat banjir tiba, anggota SIBAT telah memasang
toto slot situs togel situs togel
toto slot
slot88